April 08, 2010

Take it easy ... but it's never easy ...

Kamu tau rindu ? Aku rindu saat dia masih "disini".
Aku rindu saat dia becanda bilang yang jelek2 tentang aku.
Aku rindu selalu nunggu smsnya.

Tapi rindu benar2 menyiksa.
Seperti temanku yang rindu sama papanya.
Ya, take it easy, but it's never easy anyway...

Kata temenku, cewek cantik itu munafik.
Aku rindu kata2 darinya lagi. Kata2 seperti itu.
Dimana dia?
Dia yang dulu.

Tapi aku rindu.
Rindu semuanya tentangnya, dan tentangmu.
Dan tentangku pula.
Dan tentang kita.


Jogja, 9 April 2010
never be sad as right now

April 06, 2010

Menunggu Hujan Terang

Aku menunggu hujan reda
dan aku menunggu guntur berhenti
Tapi aku tidak bisa menghentikannya
Karena dia begitu memabukkan, dia membuatku kepayang
Tadi malam dia datang, dan dia tidak berhenti sampai sekarang
Kadang aku merindukan terang, kenapa dia tidak datang sekarang?
Kalau hanya secercah cahaya saja, itu tidak cukup
Aku inginkan terang
Aku inginkan kejelasan
Karena...kalau terang, aku bisa memandang jauh ke depan
Aku tidak akan melihat mendung, aku tidak akan mendengar guntur, dan angin puting beliung
Tapi tapi, dimana terang itu??
Mendung menutupi jalanku, mendung meleburkan batas imajinasiku sehingga aku tidak bisa lagi memisahkan yang mimpi dan yang adanya
Aku hanya bisa bermimpi
Tapi mendung dan hujan tidak bertanggungjawab terhadap perasaanku
Dia menutupi terangku, dia membawa pergi cahayaku...


Untuk Terang,
dimana kamu?
Jogja, 7 April 2010

April 05, 2010

Memang seharusnya tidak seperti ini. Hati ini terlalu berharga untuk terus disakiti. Tapi ternyata menghindari tidak semudah menjentikkan jari. Atau kadang bahagia hanya kamuflase yang maya? Dan tidak nyata seperti yang kita lukiskan?

Kadang kita percaya begitu cepat. Kadang kita lupa begitu saja. Kenapa harus ada sedih bila bahagia itu maya dan bisa berubah adanya? Bukankah kehilangan bahagia saja sudah begitu sakit daripada sedih?

Saya tidak mau mengulang kesedihan itu lagi.

Tapi saya mengulangnya juga.

Dan rasanya, sejuta kali lebih sedih.

Karena kesedihan disini, adalah buah dari kebodohan.

Tidak ada keledai yang jatuh di lubang yang sama dua kali.

Tapi saya, saya melakukannya.

April 02, 2010

Lelaki dan Perempuan

Mengapa menjadi lelaki itu begitu mudah? Mengapa harus lelaki yang diberi rasionalitas lebih besar daripada perasaannya? Mengapa tidak pernah ada Mr. Universe di dunia? Mengapa tidak tenar pula PSK lelaki disbanding PSK perempuan, padahal mereka ada?

Kadang saya berpikir, mengapa wanita yang sering dijadikan obyek, dan bukan subyek? Padahal, bila dibandingkan, tidak pernah ada perbedaan yang besar antara lelaki dan perempuan. Ya, karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk adam. Dari bagian lelaki. Bagian yang paling dekat dengan hati agar mereka dicintai.

Wanita tidak bisa menjadi pemimpin. Saya lumayan setuju dengan pendapat ini. Secara, wanita mempunyai perasaan yang kelewat sensitive sehingga ketika dihadapkan pada suatu keadaan yang sulit, dia akan bermain insting, perasaan. Dan kadang salah. Lantas bagaimana bila sudah salah? Menangis, dan bersedih. Karena wanita tidak diberi pikiran rasional melebihi lelaki. Wanita diberi perasaan yang kuat. Ya, karena dia wanita.

Tapi wanita bisa berdiri dengan gagah di belakang seorang pemimpin. Dia memberikan nasehat dengan bijak, karena wanita lebih bisa mengontrol nafsunya dibanding lelaki. Karena lelaki bagaikan pohon yang berdiri kokoh tapi mudah tumbang terkena terpaan angin besar, sedangkan wanita ibarat rumput, yang akan tetap menancap dan mencengkeram tanah dengan kuat saat angin besar berhembus. Ya, wanita bukan lemah karena kelembutannya. Wanita kuat karena dia lembut dan luwes.

Dan bagaimana dengan lelaki yang berhasil mencuri hati wanita kemudian membawanya lari tanpa dia pernah kembali? Wanita hanya punya setengah hati. Dengan setengah hatinya itu dia mampu menciptakan cinta dan rasa yang sebegitu dahsyatnya sehingga perasaannya selalu ramai dan penuh. Wanita memang membutuhkan demikian. Dan lelaki, lihat dia! Dia juga diciptakan secara “idiologi” sebagai manusia dengan setengah hati agar kelak, lelaki dan wanita bisa menyatukan hati mereka dalam ikatan batin yang kuat. Kemudian mereka menamainya cinta. Tapi bagaimana dengan lelaki yang senang sekali mencuri hati wanita sehingga dianya merasa tidak bisa hidup tanpa lelaki itu? Dihantuinya pikirannya siang dan malam. Dibunuhnya separuh rasa yang mampu si wanita ciptakan dengan hatinya. Kemudian, dilukainya pikirannya pelan-pelan. Wanita tidak akan berpikir jernih, karena kini perasaannya menjadi sangat kacau. Dia mencari kemana setengah hatinya disembunyikan.

Lantas harus bagaimana? Sedangkan lihat lelaki di sana! Dia memegangi rongga kosong di dadanya, karena hatinya telah dicuri seorang gadis. Tapi dia tidak berwajah sendu seperti si wanita berhati kosong tersebut. Lelaki itu masih bisa berjalan meski tertatih. Meski dia bisa berdiri dengan tegak, memamerkan senyum pasta giginya dan bersenang-senang dengan sesamanya di kedai kopi, di jalan, di tempat makan. Mereka tidak pernah memikirkan para wanita dengan sepenuh hatinya.

Karena dia tidak pernah memberikan sepenuh hatinya yang berbentuk separo itu. Dia masih menyimpan secuil hati untuk dirinya sendiri, sampai sang istri akan memilikinya penuh nantinya. Penuh? Let’s guess…menurut saya, tidak pernah ada lelaki yang memberikan hatinya secara penuh kepada wanita…

Regards J

He is Like Andromeda

Andromeda…kaulah yang ada jauh disana. Kaulah yang kulihat berkedip beberapa kali. Kaulah yang bisa kulihat, tanpa bisa kumiliki. Aku lupa kapan aku mulai melihatmu. Tapi aku ingat, sejak saat itu aku selalu memikirkanmu. Aku tidak pernah ingin menjadi pungguk yang merindukan rembulan. Aku tidak ingin menjadi si cebol yang terus berkhayal di atas pohon randu. Tapi aku juga wanita biasa, Andromeda. Aku bisa tertawa, menangis, dan berkhayal.

Andromeda, kamu begitu jauh dariku. Bisakah aku tetap melihatmu seperti itu adanya? Seperti mata dan hati yang selalu bersisian dalam perasaan. Seperti mata kiri dan kanan yang tidak bernah berhenti berjejeran. Aku ingin kamu tetap disana, meskipun jauh adanya. Asal, aku bisa tetap memandangmu, bahkan kalo boleh, memasukkanmu dalam mimpiku.

Andromeda, apa yang bisa aku lakukan tanpamu? Sekarang kamu tidak pernah lagi bersinar untukku. Kemana kamu Andromedaku sayang? Aku begitu merindukanmu. Andromeda, kenapa tak pernah kau sadari perasaan ini? Bahwa kadang akupun ingin sekali memilikimu. Aku ingin menjadi tempatmu bercerita, aku ingin menjadi tempatmu menumpahkan senyum, aku ingin menjadi orang yang pertama kali berbinar saat kamu berhasil nanti.

Andromeda, maafkan aku bila aku lancang. Tapi kadang perasaan tidak bisa berbohong. Aku lelah menjadi seperti ini. Aku hampir apatis, Andromeda. Kamu bahkan tidak pernah memberiku sinyal apa-apa. Kamu hanya diam disana. Kamu menunggu apa Andromeda? Adakah yang ditunggu?

Andromeda, tapi ijinkan aku menjadi seperti ini. Ijinkan aku berbicara dengan caraku. Ijinkan aku memandangmu dengan caraku. Ijinkan aku terus menjadi pengikutmu. Aku tidak bisa berhenti Andromeda. Bertahanlah sayang, aku memang laknat. Tapi aku mencintaimu. Aku menyayangimu dengan caraku. Tidak semua yang kamu pikir itu benar adanya. Kamu tidak pernah ingin mengenal aku, bisakah kamu mengerti aku?

Andromeda, suatu hari aku menemukan bintang lain di dekatmu. Dia bersinar tidak lebih binar daripadamu. Tapi kadang dia mencuri hatiku. Harus bagaimana aku? Andromeda, tolong bilang padaku, kamu akan membeli hatiku kelak, sehingga aku akan dengan pasti menunggumu turun menyapaku. Dan akan aku lupakan binaran bintang di sebelahmu itu.

Andromeda, adakah ini terlambat adanya? Aku sungguh merindukanmu. Dan rindu ini tidak pernah terbagi. Tolong dengarkan aku, dengarkan aku, Andromeda sayang…sekali saja. Karena bagimu, aku adalah seorang unsignificant. Iya kan? Iya kan sayang? Iya kan?