tag:blogger.com,1999:blog-61818589668648133352024-03-13T19:09:11.014-07:00Strawberry CheesecakeWe don't know when time will stop, and earth won't be like a ball anymore. But if we realize, we have the same destination: death, with different T-Junction and crossroad...N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.comBlogger140125tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-58172093954428817312018-05-07T00:28:00.000-07:002018-05-07T00:28:34.023-07:00Life These Lately Months<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Yeah, hello.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">It feels so awkward to review our own life, right? In our perspective, our lives suck, don't they? 2018 has been going for more than 4 months, resolutions has been declared, clean and clear. Yah, so far it's not bad, but some of them didn't go as i planned.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Kecewa? Sudahlah capek kalau harus berlama-lama kecewa. Bukankah seninya hidup itu seperti itu? Aku sekarang sedang berusaha meluweskan diri terhadap hal-hal yang awalnya tidak bisa aku tolerir dengan melabeli diriku dengan sok asik: i am inelastic to mundane affair. yeah i was so fucking arrogant but sometimes i need that arrogance too. So yeah, don't be a bigot of something. LOL. Really, i want to laugh at myself right now.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Akhir-akhir ini kantor sedang tidak banyak kerjaan, terutama yang pasti karena ini adalah bulan-bulan lelang proyek, dan ini masih dalam rangka bubaran tahun selesainya proyek. Jadi kalau akhir bulan yang pas dengan libur panjang Natal dan Tahun Baru orang-orang asyik piknik dan liburan kemana-mana, aku (dan suami) sibuk dengan deadline proyek yang harus tutup tahun. Dan sekarang, saat yang lain kerja dengan normal, aku jam segini di kafe dong. Nulis ginian. Cukup adil, ya? Bukan libur, ini sedang nunggu Kerangka Acuan Kerja (KAK) mana yang harus dibuat Usulan Teknis (Ustek) untuk kebutuhan lelang proyek. Ya, yang lain kerjaan mah udah ada aja dari awal tahun, kami masih harus cari proyek buat makan sehari-hari, Bro Sist. Jadi, beda itu biasa ya. Bersyukur saja, karena percaya sama Tuhan adalah koentji. Ingat, Tuhan akan cukupkan. Lagi relijius, kau?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Lagi, awal tahun ini aku punya resolusi, anggap saja resolusi kecil-kecilan yang sebenarnya ingin mengubah pola hidup ke arah yang lebih baik ya, dengan dua hal besar yang mungkin bisa di-break down menjadi banyak rincian kecil yang mugkin bagi banyak orang sudut pandangnya akan beda dengan diriku. </span></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Persering memasak sendiri di rumah. Awalnya kulihat ini adalah sebuah usaha untuk penghematan pengeluaran bulanan ya, tapi ternyata dampaknya lebih dari itu. Mau dikupas satu-satu macam buah jeruk? Pertama, selain bisa mengirit pengeluaran untuk makan, ternyata ini bisa meningkatkan kadar kesehatan tubuh. Tahu teori garbage in garbage out? Nah itu aku asumsikan bisa berlaku terhadap tubuh kita. Kumasak semua bahan makanan itu dengan cinta dan sayang, jadi semacam aku berikan doa kepada anak dan suamiku agar selalu sehat panjang umur. Usaha, boleh kan? If you want something, make an effort! Kedua, itulah. Kalau lapar, masaklah dulu baru bisa makan, kalau menginginkan sesuatu, usahalah dulu baru bisa kamu dapatkan itu keinginan-keinginan yang kadang absurd. Sedikit delay gratification tapi hasilnya, puas tak kau, eh? Paham dengan benefit yang kedua ini? Ketiga, tak lain dan tak bukan adalah aku semakin sering main ke pasar, mengerti perkembangan harga, berkomunikasi dengan pedagang pasar, dan punya langganan tempat beli sayur. I take that as a benefit.</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Perbanyak baca banyak buku. Membaca buku adalah sebuah sanctuary buatku. Tak melulu tempat, kegiatan yang menenangkan juga termasuk sebuah sanctuary yang bisa kudatangi kalo lagi suntuk dan jenuh dengan rutinitas. Ya tak bisa dipungkirilah, mulai aktivitas dari sejak alarm subuh berkumandang sampai tidur malam jelas bikin jenuh kan? Relaksasi dulu dengan membaca. Dari membaca, aku semakin memahami banyak hal, mengasah kepekaanku, emosiku, perasaanku. Sometimes, i think that all engineers need to read some books, not a non-fiction one, but sometimes to sharp your feelings, grow your sympathy and empathy up. Dan posisikan dirimu sebagai gelas kosong yang siap menerima ilmu apapun. Dan tentu saja untuk bisa menjadi gelas kosong, kamu harus bisa rendah hati. Hello, you, who has big ego, please come to my sanctuary. Jadi kira-kira sebulanan ini, setelah selesai membaca beberapa buku, aku mengalami sebuah trans pada diriku. Bukan trans yang terus aku kerasukan atau nari-nari penuh penghayatan gitu, tapi aku merasa bahwa apa yang aku ketahui saat ini masih belum cukup. Aku merasa belum pintar, aku masih haus hal-hal baru, pengetahuan baru. Aku merasa muak dengan sosial media, muak dengan orang-orang yang sibuk mem-personal branding-kan dirinya (paham nggak paragraf ini? Personal brand?) sebagai yang (paling) asyik, paling benar, paling miyatani, paling cantik, langsing, etc you name it. Padahal ya biarin kan ya orang-orang kayak gitu, kalau akunya nggak suka, ya sudah nggak usah dilihat. Ya, kemudian aku sampai pada kesimpulan seperti itu setelah aku uninstall facebook app di ponsel dan beralih membuang sampah pikiran di twitter. Kemudian kalau sudah gitu, rasanya pengen semakin banyak membaca, belajar, bahkan kuliah lagi kalau diperlukan. Sebuah keadaan yang kupikir cukup fucked-up dan membuatku tidak percaya diri.</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Oiya, ngomong-ngomong soal percaya diri, sejak mempunyai anak, kepercayaan diriku melesat turun drastis. IDK what happened in me, tapi kurasa aku menemukan beberapa wanita juga mengalami hal yang sama. Jadi sekarang aku masih dalam usaha mengembalikan, bahkan menaikkan kepercayaandiriku hingga ke taraf yang aku butuhkan dan sesuai dengan kapasitasku. When you see me as calm as an ocean, yang sebenarnya adalah aku berantakan banget dalemnya. Ya hatinya, ya pikirannya. I can't stop thinking, or at least, i THINK i can't stop thinking. Semacam, tenang sikitlah kau, hidup jangan kau bikin berdebar naik turun kayak indeks IHSG, dong! </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Kemudian, kesimpulan untuk 4 bulan tahun 2018 itu apa? Ya tidak ada, selain betapa berantakannya diriku. Aku tidak ingin menilai dengan 1,2,3,4, atau 5 bintang tingkat kualitas hidupku, karena yang aku inginkan adalah hidup yang lebih baik dari dari kemarin. Hidup yang aku usahakan dengan pola yang terus kuperbaiki dari hari ke hari (entah ini keliahatan atau enggak, nggak ada yang mengapresiasi juga selain diri sendiri). Semoga tutup tahun ini aku bisa meningkatkan kualitas hidupku, menambah ilmuku, dan semakin percaya diri dan, please, ACCEPT YOURSELF, INDA. Surrender, macam Thor yang merelakan Asgard hancur tapi harga diri dan rakyatnya melambung tinggi saat melawan Hela dan kemudian diserang Thanos. Be like Thor, Inda, move on dari Jane Foster secepat itu, dan meskipun kehilangan satu mata, dia ikhlas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">IYAIN AJA DEH BIAR CEPET.</span></div>
</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-25209338733924448612018-03-28T20:55:00.001-07:002018-03-28T20:55:25.968-07:00Berdamai dan Melepaskan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Postingan ini ditulis karena kegelisahanku beberapa malam ini. Kepikiran sampai dibawa tidur. Tidur tidak nyenyak, sebentar kebangun, sebentar tidur masih dengan otak yang memikirkan hal yang sama berulang-ulang. Lelah, bukan? Aku nggak tahu apa ada teori yang mengatakan kalau otak tidak ikut tidur meskipun raga kita sedang tidur. Sekali lagi, en-tah-lah.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Dan postingan ini ditulis sambil mendengarkan Payung Teduh yang Alhamdulillah ya lagunya lebih bagus dari Akad yang ya-apalah-menurut-saya. </span><br />
<br />
<i><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Mengapa takut pada lara</span></i><br />
<i><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sementara semua rasa bisa kita cipta</span></i><br />
<i><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Akan selalu ada tenang</span></i><br />
<i><span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Di sela-sela gelisah yang menunggu reda</span></i><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Ya, sayangnya benar sekali. Kenapa harus takut dengan lara? Beberapa hari ini aku nggak tahu gimana caranya, tersibukkan dengan membaca status facebook pada rentang tahun tertentu. 2010-2011 adalah tahun-tahun terberatku. Tapi nggak tahu gimana ya aku tetep kelihatan semangat-semangat aja, ketawa-tawa aja, ngelucu, ngelawak, bahkan sempat ngegombal. Padahal di dua tahun itu masing-masing aku kena penyakit patah hati akut yang kemudian berimbas pada mindsetku: udahlah semua cowok itu kalo nggak bangsat ya bangsat banget.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Patah hati yang pertama di tahun 2010 disponsori oleh hubungan jarak jauh dan hubungan dengan permantanan. To be honest, aku paling paling paling benci urusan sama mantan, mantannya pacarku contohnya. Sejak saat itu jelas aku trauma nggak jelas kalo udah urusannya deket sama cowok. Selalu pengen kutanyain: urusan lo sama mantan lo udah kelar belom? Udah beres belom? Kalo belom, kelarin dulu, baru bisa lo deketin gua. Semacam itu, tapi jelas aku nggak ber-elo-gua, ya. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Urusan mantan ini memang pelik. Aku sendiri selalu cut the shit off kalo udah putus ya udah putus aja. Nggak bakal lagi sok menye-menye sama mantan, dan ya udah sih jomblo itu enak banget ternyata ya. Pikiranku kala itu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Menyibukkan diri, semakin rajin ikut kegiatan di kampus, makin rajin belajar dan membaca (komik), main sama temen-temen, makan yang banyak, tidur, bahkan bisa pup dengan tenang. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Hingga tahun 2011 ikut KKN-lah aku. KKN yang kuikuti kala itu benar-benar membekas segala-galanya buat aku. Mau nangis, mau ketawa, udah semuanya jungkir balik. Terjebak friendzone yang berdarah-darah, yang bakal sembuh dan legowo beberapa tahun kemudian. Nangis nggak karuan sampai udah nggak bisa keluar air mata. Meskipun pada saat itu aku juga melepaskan masa lalu yang udah menggerogoti pikiranku sejak dulu, jauh dari tahun 2011. Amazing bukan, rasanya? Sementara aku juga sibuk dengan urusan skripsi, kerja sampingan di MPKD dan konsultan. Cari uang, cari kesibukan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Yang entahlah semua kejadian selalu di deket-deket hari ulang tahunku. Kadang kupikir, apa aku dikutuk pada tanggal itu? Aku lahir dengan membawa serta nestapa. HALAH SA AJA LAU REMAHAN KHONGGUAN!</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Mau move on, mau melepaskan lagi rasa-rasa di tahun 2011, lha tiba-tiba datang kado berupa ipod yang katanya bisa mencentang salah satu wishlist-ku. KHANMAEN KHAN PA YA AQU BISA MUV ON JIKA DIKAU TERUS BEING TOO GOOD TO BE TRUE BEGITU? Ingin memaki-maki diri sendiri, berteriak betapa gila dan bodohnya aku kala itu. Tapi ya sudahlah, kuharap waktu bisa menyembuhkan segala-iya-segala-galanya yang gelap dan pengap ini. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Time heals. How long does it take? Ternyata, setahun saja tidak cukup. Aku hanya lari, terus lari dan enggan berhenti sekedar menatap realita. Berlari dari satu buku ke buku lain, berlari dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Berlari dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang ketemunya sama saja: lo cuma kelamaan lari, tapi kalo lo nggak bisa forgive and forget, ya sama aja, dasar curut! </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Kadang aku juga bisa setegas itu sama diri sendiri.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Hingga ada fase sendiri, yang aku benar-benar sendiri. Bertemu dari satu psikolog ke psikolog yang lain (yang untungnya sih temen sendiri ya, jadi gratisan, lol). Diajari bagaimana menenangkan diri, fokus pada tujuan, dan tentu saja, santai saja. Nggak perlu lari, jalani saja. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Tahun 2012 akhirnya skripsi selesai, aku wisuda dan langsung keterima kerja di sebuah konsultan di Jogja tanpa kesulitan -- hingga sekarang. 2012 adalah tahun yang damai, beriak lembut, dan meskipun ada desir-desir sedikit, aku mampu meredamnya. Banyak-banyak mempositifkan diri, beribadah, berteman, tertawa, dan tersenyum. Hingga tahun 2013 datang. Ketenangan itu masih ada. Bukan hidup namanya jika kita hanya merasakan bahagia terus. Ombak itu datang. Sangat besar. Teramat besar. Aku limbung dan sempat sangat impulsif: apa aku keluar dari kerjaanku, cari beasiswa ke luar negeri dan pergi. YA, AKU INGIN LARI LAGI. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Aku ingin tempat yang baru, lingkungan baru, teman baru, dan fokus belajar. I cannot tell you masalah apa menerpaku, <i>let it be my secret</i>. Bahkan menuliskan ini masih bisa bikin aku meneteskan air mata :)</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Oiya, dan di tahun 2013 ini akhirnya aku bisa berdamai dengan masa lalu di tahun 2011. Misterius dan unpredictable sekali, bukan? Akhirnya, teori time will heal ini efektif juga di aku. Bisa bernafas lega.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sekarang, lima tahun semenjak kejadian tahun 2013, yang hanya AKU yang tahu dan paham benar bagaimana rasanya, legowo itu masih belum hadir 100%. Bersyukur sudah sedikit-sedikit merasa enakan. Forgive and forget, apakah ketika kita sudah memaafkan, otomatis kita akan melupakan? Aku tidak tahu makna memaafkan. Mungkin terdengar egois, karena ketika orang meminta maaf padaku, aku selalu sengan mudah memaafkan, tapi kusimpan baik-baik kenangan tentang perlakuannya itu padaku. Honey, scars remain. Aku tidak mau seperti keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali, bekas luka itu kugunakan sebagai pengingat agar aku tidak lagi melakukan kesalahan yang sama pada ORANG yang sama pula. Dan tulisan ini dibuat, murni sebagai upayaku berdamai dengan masa lalu, dan tentang melepaskan. Melepaskan semua lelah, melepaskan semua yang menyakiti, melepaskan. Lepaskan semua, hei, kamu, hati!</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"> </span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-35806276163342407522018-01-16T00:49:00.001-08:002018-01-16T00:49:42.298-08:002018<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Sangat terlambat, karena post dengan judul seperti diatas seperti sudah menjamur dimana-mana. Tidak apa-apa, karena pemikiran tentang tahun baru justru sedang berproses dalam kepala saya. Postingan ini bisa dibilang postingan serius, dan mungkin akan panjang. Atau tidak, semauku saja, oke?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Mengenal pergantian tahun, kita seakan dibangunkan dari tidur, kemudian dipaksa untuk merancang rencana untuk setahun kedepan; apa yang menjadi resolusi kita, seolah tahun baru adalah pemisah waktu, garis dimana semua dimulai dan seluruh rangkaian kejadian tahun kemarin kita tutup. Atau, begitulah khalayak memperlakukan tahun baru. Dengan begitu lugunya, aku pun pernah begitu. Memanjatkan begitu banyak harapan yang pada akhirnya terhempas sia-sia pada pertengahan tahun, dan menyesal karena resolusi yang telah dirancang sebelumnya hanya semacam bullshit terpopuler. Bertahun-tahun. Bertahun-tahun saya terjebak pada zona dimana semua harus dirumuskan dan dipajang di sosial media dengan menawan agar diberi <i>likes </i>sebanyak-banyaknya. Kisah ini muram, dan kini memalukan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Lantas, apakah sekarang masih relevan? Relevan saja, terserah mau berintepretasi seperti apapun juga, iya kan? Memaksakan kacamata kita kepada orang lain itu sungguh berdosa, dan semoga aku bukan golongan yang seperti itu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Di dalam kepalaku sendiri, aku memiliki beberapa poin yang ingin aku benahi dari hidupku. Akhir tahun lalu sangat menyedihkan, <i>and i can't describe it why</i>. Ada beberapa hal yang ingin aku simpan sebagai konsumsi pribadi saja. Terbersit di pikiran buat menemui psikolog (atau psikiater? <i>I don't know the difference and i don't care</i>). Sampai pada taraf menemui terapist untuk menenangkan dan menentramkan diri. Tapi ternyata sampai sekarang masih aku urungkan niatku. Aku mencoba menentramkan diriku sendri, mengeluarkan segala sampah yang (mungkin) menjadi penyebab sakitnya pikiranku. <i>Thanks to Evernote, so i can bump those garbage out everytime everywhere</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Dan untuk menghibur diri, aku mebuat sebuah angka sebagai deadline diriku sendiri, yaitu angka jumlah buku yang harus selesai kubaca tahun ini. Tidak muluk, hanya 2 buku per bulan, atau 24 buku per tahun. Bulan ini sudah lunas, Alhamdulillah, dan aku mulai menikmati hobi lama yang tersendat-sendat selama setahun kebelakang. Memberikan waktu dan jeda untuk diri sendiri itu ternyata sangat penting. Seberapapun banyaknya tugasmu, rasanya raga dan jiwa itu tetap harus menjadi kebutuhan primer kita. Jangan sampai menjadi sekunder, bahkan tersier. Duh!</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Pada suatu malam, suami bertanya, kalau target membaca sudah tercapai, apa yang akan aku lakukan. Jujur, aku tidak tahu. I don't want to take things for granted, membaca sendiri sudah membuatku senang. Jadi mungkin, ini baru mungkin, membagi kebahagian itu kepada orang lain. Mungkin dengan menulis review buku yang sudah kubaca? IDK, that's just a thought.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Harapan. Tentu semua orang punya harapan, tidak terkecuali aku. Harapan-harapanku mulai bertumbuh sejak akhir tahun kemarin, sejak hari dimana aku menemukan dirimu begitu rapuh dan mudah retak. Kugenjot terus buuih-buih harapan agar aku kembali segar. Terus kubisikkan pada diriku sendiri bahwa bahagia itu tidak perlu ribet. Bahagia bisa terletak pada sepiring tempe goreng balur tepung yang super kriuk lengkap dengan cabe hijaunya. Bahagia bisa terletak pada ciuman-ciuman spontan dari suami. Bahagia bisa terletak pada pelukan mesra anak pada kita. Bahagia bisa saja ada di diri kita sendiri tapi luput kita rasakan. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS", sans-serif;">Jadi, mungkin tahun baru buatku hanya sebuah selebrasi saja, bahwa masih ada bahagia yang diciptakan oleh kembang api-kembang api itu. Meskipun, lagi, bahagiaku adalah bisa tidur selama 3 jam berturut-turut pada malam pergantian tahun. </span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-954623888556511072017-11-23T00:01:00.000-08:002017-11-23T00:01:26.206-08:00Marlina, The Murderer in Four Acts<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd1ooSbUGG1BawSDbPA83tEYVZ1SXwvd1I9Mzil9JX8wfWkoxK1PncTS3p0w7SXhiXtbvHTXIdU9FRWJNQvoVMVny6kdggU9kbKNMtsDFsQevwFZKfDTSIa8AgM_F5wTAV9642TTvzE7Y/s1600/marlina.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="961" data-original-width="1024" height="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd1ooSbUGG1BawSDbPA83tEYVZ1SXwvd1I9Mzil9JX8wfWkoxK1PncTS3p0w7SXhiXtbvHTXIdU9FRWJNQvoVMVny6kdggU9kbKNMtsDFsQevwFZKfDTSIa8AgM_F5wTAV9642TTvzE7Y/s640/marlina.jpeg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><b>Marlina, The Murderer in Four Acts</b> (source: urbannewsid.com)</i></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i> </i></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i> </i></td></tr>
</tbody></table>
<i><br /></i>
<i>Disclaimer</i>: saya bukan <i>movie reviewer</i>, tulisan ini adalah kewajiban yang saya rasa harus saya tulis dan saya publish karena memang film ini luar biasa. <i>This movie is a must-watch</i>!<br />
<br />
Lega dan selesai.<br />
Itu perasaan yang saya rasakan ketika <i>credit title </i>mulai berjalan di <i>screen</i> bioskop setelah <i>scene</i> terakhir Novi membonceng Marlina dengan menggendong bayi mungil yang baru saja dilahirkan. Tapi perasaan ini tidak sama dengan perasaan saya ketika film tengah berjalan. Ada perasaan marah, sedih, kemudian merasa lucu dan haru ketika tengah menonton Marlina.<br />
<br />
Film ini, hemat saya, tidak haya representasi mengenai otoritas patriarki terhadap perempuan, tapi yang tidak kalah lebih besar adalah porsi permasalahan ketimpangan sosial dan ekonomi dan buruknya birokrasi di negara kita. Tentu, segala ketimpangan yang besar itu tidak bisa anda rasakan di kota-kota besar, ketika ketimpangan yang terjadi berwujud besar kecilnya <i>income </i>masyarakat menengah ke bawah dengan masyarakat kelas atas. Bukan, karena ketimpangan sosial dan ekonomi di film Marlina ini mencakup segala aspek kehidupan yang vital: kemiskinan, isu kesehatan, fasilitas umum dan sosial, keamanan, dan keadilan. Semua tercakup dalam satu film yang terbagi dalam 4 babak pembunuhan. Semua berakar dari satu hal: Marlina.<br />
<br />
Film Marlina bercerita mengenai seorang wanita yang belum lama ditinggal mati suaminya dan anak yang dikandungnya selama 7 bulan, yang dia beri nama Topan. Cerita bergulir hingga kedatangan Markus dan gerombolannya untuk menyita harta benda Marlina karena hutang, tidak terkecuali kehormatan Marlina. Selanjutnya, semua tentu sudah tahu, Marlina harus membunuh untuk mempertahankan harga dirinya, untuk mempertahankan satu-satunya kehormatan yang masih dia punya di tengah kemiskinan yang menghimpit.<br />
<br />
Selesai membunuh, Marlina membawa potongan kepala Markus untuk diserahkan ke kantor polisi, dan berniat untuk melaporkan kejadian yang dialaminya kepada polisi. <br />
<br />
Ada beberapa hal yang saya soroti disini, yang mungkin beberapa orang menganggapnya wajar.<br />
Pertama, keterbatasan akses pada daerah yang luar biasa indah. Marlina harus menempuh perjalanan yang panjang dengan berjalan kaki, hingga dia berhasil sampai pada jalur jalan yang dilalui angkutan umum yang datang satu jam sekali. Rumah Marlina memang di atas bukit, jauh dari rumah lain, tanpa tetangga, meskipun sinyal telepon masih bisa menjangkaunya. Tapi akses terhadap sarana dan prasarana yang sulit menciptakan <i>image</i> ketimpangan sosial di mata saya. Hal itu ditambah dengan sarana transportasi yang hanya berupa truk yang dimodifikasi untuk mengangkut orang-orang bercampur dengan hewan dan ternak. Sangat minim, pada negara yang indah dengan ibukota yang penuh dengan riuhnya perputaran uang. <br />
<br />
Kedua, tokoh Novi. Tokoh Novi memberi warna tersendiri di film ini. Bagi saya, Novi digambarkan sebagai anomali seorang wanita yang lemah lembut dan 'nrimo'. Dia melakukan perjalanan yang jauh dengan kondisi hamil besar untuk menemui suaminya. Dengan lugas Novi bercerita perihal kehidupan seksnya kepada Marlina, mengenai libidonya yang tinggi semasa kehamilan, hingga suaminya takut berhubungan badan dengannya dengan alasan 'takut janinnya kenapa-napa'. Dari cerita Novi ini bisa disimpulkan bahwa kesehatan ibu dan anak di Sumba masih sangat buruk: jarang terdapat bidan, apalagi dokter, masih beredarnya mitos-mitos yang secara tidak langsung merugikan wanita (seperti misalnya kalimat: kalau bayinya sungsang, itu artinya wanita hamil tersebut selingkuh!), dan minimnya pengetahuan mengenai kehamilan. Saya menyukai tokoh Novi, dia memberikan unsur humor yang membuat film ini tidak terlihat terlalu hitam.<br />
<br />
Ketiga, ketika sampai di kantor polisi, Marlina ditawari untuk makan siang dulu di sebuah warung kecil di dekat kantor polisi. Disini Marlina bertemu Topan, gadis cilik yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Tokoh Topan disini juga memberikan angin harapan bagi saya. Melihat adanya Topan, saya merasa film ini tidak melulu menceritakan mengenai kisah kelam Marlina, tetapi saya merasa disuguhkan dengan adanya optimisme, anak kecil yang terlihat tangguh, yang memeluk Marlina hingga ia menangis. Menguras perasaan, iya, karena jelas Marlina teringat mengenai anaknya yang meninggal di kandungan pada usia 7 bulan, yang sama-sama bernama Topan.<br />
<br />
Keempat, buruknya birokrasi. Marlina harus menunggu polisi selesai bermain pingpong sebelum polisi tersebut mau menerima laporannya. Keburukan itu masih ditumpangi dengan kalimat bernada misoginis seperti "Kenapa tidak kamu lawan saja Markus? Katamu dia kurus?". Saya sangat benci dengan kalimat itu. Oiya, deretan keburukan birokrasi dan ketimpangan sosial ekonomi diperparah dengan: untuk membuktikan bahwa Marlina diperkosa, dia harus divisum terlebih dahulu. Tapi, alat untuk visumnya belum ada di Sumba, harus menunggu kiriman dari Jakarta yang baru bisa dilakukan mungkin sebulan, dua bulan atau lebih baik Marlina mencari dokter sendiri.<br />
<br />
Kelima, kelahiran bayi Novi. Novi harus melahirkan secepatnya karena ketubannya pecah. Kontraksi berlangsung ketika Franz (anak buah Markus yang balas dendam kepada Marlina atas kematian Markus) tengah memperkosa Marlina. Adegan tersebut memberikan saya gambaran yang paling menyakitkan. Menahan kontraksi, mendengarkan Marlina menjerit karena diperkosa, hingga akhirnya Novi tidak tahan lagi: dia mengambil pedang (atau golok?) dan membutuh Franz, sesaat sebelum bayinya lahir. Luar biasa.<br />
<br />
Film ini terasa vulgar, sangat raw, dan <i>nyelekit</i>. Kita semacam disuguhi cerita nyata tentang keadaan Sumba yang masih sangat jauh di belakang kita. Gerombolan penjahat kejam menghantui masyarakat Sumba, dengan kondisi keadilan yang masih berupa isapan jempol saja. Kualitas kepolisian yang masih sangat minim, dan tentu saja, hal tersebut dikontraskan dengan lingkungan dan alam Sumba yang sangat indah dan tenang. Seakan, tenangnya Sumba sangat beracun.<br />
Mengalun merdu musik-musik Sumba yang membuat film ini menjadi sebuah tragedi yang lembut tapi menusuk.<br />
<br />
Namun demikian, pada awal adegan kita akan disuguhi dengan fakta bahwa perempuan masih menjadi warga kelas dua. Wanita harus melayani, memasak, dan diperintah oleh tamu laku-laki untuk membuatkannya minum. Wanita harus melayani laki-laki.<br />
"Kamu menjadi wanita paling beruntung malam ini, akan ada 7 laki-laki yang meniduri kamu."<br />
Betapa menjijikkannya kalimat tersebut, bukan? <i>Stereotype</i> laki-laki (atau masyarakat?) mengenai kenikmatan seksual yang pasti wanita rasakan ketika berhubungan badan, meskipun dengan paksaan, meskipun mengalami orgasme<br />
. Menyedihkan.<br />
<br />
<a href="https://www.youtube.com/watch?v=7tWwtJuxnSw" target="_blank">Lazuardi</a>. Original Soundtrack yang dinyanyikan oleh Zeke Khaseli, Yudhi Arfani dan Cholil Mahmud ini membuat film ini semakin paripurna. Saya sangat suka dengan musiknya. Membuat film ini cantik, meskipun bercerita mengenai kesedihan. Salah satu alasannya mungkin karena saya menyukai Efek Rumah Kaca (ERK) sejak lama ya, can Cholil Mahmud adalah vokalis ERK.<br />
<br />
Secara keseluruhan, saya sangat mengapresiasi Mouly Surya sebagai sutradara. Jika ada yang menanyakan apakah film ini wajib ditonton? Tentu saja! Menontonlah, dan selami sendiri perasaanmu. <br />
<br />
Sila rasakan sendiri, dan selamat bertemu Marlina!<br />
<br />
<br />
<br /></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-48966018503056609782017-11-02T02:37:00.002-07:002017-11-02T02:37:59.522-07:00Booking Hotel Susah? Say No More!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Hai, selamat hari Kamis, Manis! Bagaimana kamu
mengawali harimu hari ini? Dengan terburu-burukah? Dengan santaikah? Ataukah
dengan perasaan gembira karena bentar lagi cuti datang dan liburan dimulai?
Uhuy! Mari awali dengan membaca artikel saya dengan menjawab sebuah pertanyaan
berikut ini: apakah aplikasi favorit di telepon genggam kamu? Kalo saya jelas,
aplikasi yang berkaitan dengan liburan! Aplikasi semacam itu mempermudah saya
banget untuk urusan beli-beli tiket, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">booking</i>
hotel, hingga rekreasi ke destinasi wisata tertentu. Semua yang biasanya ribet,
jadi lebih mudah banget banget banget!</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Dan aplikasi tersebut adalah tentu saja Traveloka!
Siapa sih yang nggak suka bikin itinerary liburan? Sebagai seorang yang
perfeksionis (dan kebetulan merangkap menjadi seorang ibu dan istri),
merencanakan detail sebuah kegiatan adalah sebuah keharusan buat saya. Tentu
aja suami dapat tugas juga, tugas bayarin semuanya, dong! Hehehe.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Karena apa sih? Karena yang pertama ditanya oleh anak
dan suami ketika barangnya hilang tentu saja adalah Ibu. Jadi, saya memang
melevelkan merincikan detail sebuah itinerary liburan menjadi sebuah keharusan.
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Nah, sejak punya aplikasi Traveloka di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">handphone</i>, semua kegiatan mengurus
liburan menjadi jauh lebih mudah! Pesan hotel, tiket pesawat, semua tinggal
klik! Senengnya lagi, selalu ada rekomendasi hotel yang ditawarkan Traveloka,
dan diskon yang gede banget buat membernya. Itu seru banget menurut saya,
apalagi hemat pangkal senang-senang di belakang, iya kan? Hihi. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Tapi ada satu masalah yang sampai sekarang saya dan
suami belum bisa atasi: waktu liburan kita sangat terbatas. Sebagai orangtua
yang bekerja (saya dan suami, dua-duanya bekerja), waktu untuk liburan menjadi
sangat terbatas. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">To be honest</i>,
kalaupun ada hari libur sehari-dua hari, rasanya pengen buat tidur-tiduran aja,
nonton serial TV seharian, nyantai nggak masak, dan sebagainya. Dan tentu saja,
solusi kami untuk saat ini adalah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">staycation</i>.
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Staycation</i> adalah menginap semalam
atau beberapa malam di hotel dengan tujuan untuk lepas sementara dari rutinitas
sehari-hari. Jadi, kita nginep di hotel, hotel manapun, dengan tujuan diatas. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">So far</i> sih kami<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> enjoy</i> dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">staycation</i>
ala ala kami ini. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Enjoy </i>banget,
malah. Siapapun pencetus <i style="mso-bidi-font-style: normal;">staycation</i>,
pengen saya ajak salim.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Tentu aja kegiatan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">staycation</i> ini jauh lebih mudah dengan bantuan aplikasi Traveloka
di <i style="mso-bidi-font-style: normal;">handphone</i> saya dan suami. Memilih
hotel di sela-sela jam makan siang dengan pilihan hotel yang super banyak dan
beragam di jogja (mau yang tema modern atau tradisional, semuanya ada, lho!),
membayar dengan berbagai metode (mulai dari pakai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">credit card</i> hingga <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pay at the
hotel</i>), hingga diskon-diskon menarik yang bikin saya sendiri senang bisa berhemat.
Fitur-fitur yang saya jumpai di Traveloka <i style="mso-bidi-font-style: normal;">so
far</i> menyenangkan, tapi ada satu fitur yang baru banget, dan menurut saya
merupakan sebuah inovasi dari aplikasi travelling semacam Traveloka ini, yaitu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">StayGuarantee</i>. Jadi, selain membuat kita
lebih nyaman dan mudah dalam acara <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pra-staycation</i>
(yaampun istilah saya!), kita juga dibuat nyaman banget selama <i style="mso-bidi-font-style: normal;">check-in</i> hotel hingga nanti <i style="mso-bidi-font-style: normal;">check-out</i>! Jadi kenyamanan kita
bener-bener dijamin sama Traveloka, nih, Guys! Jika selama menginap di hotel
kita dapat perlakuan yang nggak ngenakin nih, kiat bisa langsung komplain melalui
<i style="mso-bidi-font-style: normal;">StayGuarantee</i> ini, dan pihak hotel
akan lebih mudah mendengar keluhan kita. Dan tentu aja pihak hotel tetep akan
merespon, bahkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">keep in touch</i> dengan
kita terkait keluhan kita. Rasa yang lebih menyenangkan selain rasa didengar ya
apalagi, sih, ya? Seneng banget kan kita berasa diopeni banget gitu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Contoh nih, belum lama ini saya kelar <i style="mso-bidi-font-style: normal;">staycation </i>di Jogja (ya nggak usah ke
luar kota juga kali ya, waktunya mana ada gini, lol). Saya pilih hotel di
Traveloka, bayar lewat ATM, nggak perlu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">print</i>
bukti pembayaran deh, ntar juga di-email dalam bentuk pdf. Nah bukti pembayaran
yang dikirim via email itu tinggal kita kasih liat ke <i style="mso-bidi-font-style: normal;">receptionist</i> hotel aja pas kita <i style="mso-bidi-font-style: normal;">check-in</i>.
Nggak sampai 30 menit lho buat pilih hotel + bayar, serius! Dan kita tinggal
datang aja pas hari H di hotel yang kita tuju, jadi deh kita nginep-nginep
lucu, bawa koleksi serial TV kita yang bejibun (waktu itu sih saya dan suami
lagi kejar tayang <i style="mso-bidi-font-style: normal;">The Big Bang Theory</i>
ya), dan makan enak di hotel. Keseruan dalam 2 hari 1 malam yang cukup buat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">refresh </i>isi kepala kita. Ibu senang,
Ayah senang, Anak girang. Ya giranglah, di hotel dia bisa ngapain aja. Bobok
sambil jungkir balik juga bisa, kali, hahaha. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Oiya, dan satu lagi, buat yang punya anak kecil,
Traveloka ini juga bisa jadi andalan, lho. Lewat Traveloka, kita bisa ngecek
juga hotel mana yang ramah anak, hotel mana yang punya area <i style="mso-bidi-font-style: normal;">playground</i>, dan karena banyak foto-foto
dari hotel yang terkait di Traveloka, kita jadi lebih mudah banget cari hotel
mana yang sekiranya nyaman juga buat si kecil. Buat saya, ini tentu aja
penting, mana anak baru umur 1 tahun, kan ya. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
Jadi, siapa bilang pesan hotel harus punya <i style="mso-bidi-font-style: normal;">credit card</i> dan harus pusing? Saya harus
terima kasih banget sama Traveloka nih, harus salim banget banget banget!</div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-8052520551241385552017-10-19T23:07:00.001-07:002017-10-19T23:07:25.325-07:00Jangan Nonton Kalo Takut Kesindir.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Jadi gini, kapan hari itu aku nonton film di bioskop. Udah agak lama
sih. Kemudian tiba-tiba muncul <i>trailer</i> film yang menceritakan geng anak muda,
dua laki-laki dan dua perempuan. Dandanannya kalo menurutku sih norak ya, tapi
siapa tahu itu memang dandanan kids jaman now? Hahaha. Pergaulannya bebas,
seakan nggak terkekang, kemudian ditampilkan pula orang tua yang terlihat
kewalahan menghadapi anak-anaknya. Waktu itu kupikir, film apa sih ini? Bukan
yang langsung penasaran, tetapi yang mikir, apa emang anak jaman sekarang gitu
banget sih?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ternyata, film ini adalah fil My Generation, yang ternyata lagi,
sutradaranya adalah Mbak Upi. Iya, MBAK UPI FAVORITKU ITUH! Sebelumnya aku
emang suka sama beberapa film-film garapan Mbak Upi. Pernah nonton Realita,
Cinta, dan Rock n’ Roll? Pernah nonton Radit dan Jani? Ini nih aku tanyain, ada
yang belum pernah nonton 30 Hari Mencari Cinta? Yang sampai sekarang lagunya Sheila
on 7 yang jadi soundtrack-nya itu terngiang-ngiang terus di kuping ya ampun aku
kangen jaman dulu huhu T__T</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sheila Gank mana nih suaranyaaaa uhuukk!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">My Generation sendiri menceritakan tentang persahabatan 4 anak SMA,
Zeke, Konji, Suki, dan Orly. Diawai dengan gagalnya mereka pergi liburan karena
video buatan mereka yang berisi protes terhadap guru, sekolah, dan orang tua
menjadi viral di sekolah mereka, sehingga mereka dihukum tidak boleh pergi
liburan. Tapi buka anak millennial dong kalo nggak banyak akal. Mereka ogah
merutuki keadaan dan membuat orang-orang yang menghukum mereka berpuasdiri. Liburan
sekolah yang terkesan tidak istimewa, akhirnya justru membawa mereka pada
kejadian-kejadian dan petualangan yang sangat berarti dalam kehidupan mereka
berempat. Petualangan dan kejadian apa sih yang bener-bener bikin anak muda
yang penuh dengan pemberontakan ini akhirnya takluk dan berubah mindset?
Penasaran? Sama HAHAHA.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Karakter keempat anak muda ini cukup unik, bahkan masing-masing punya
masalah sendiri-sendiri yang sebenarnya mereka <i>denial</i> ya untuk mengakuinya.
Bagaimana sih karakter mereka yang beda-beda itu? Ini nih:</span></div>
<br />
<ul style="text-align: left;">
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Orly</b>. Dia perempuan yang kritis, pintas, dan
berprinsip. Dan, dia sedang dalam masa pemberontakan akan kesetaraan gender dan
hal-hal lain yang ‘melabeli kaum wanita’. Salah satunya tentang keperawanan.
Orly berusaha mendobrak dan menghancurkan label-label negatif yang sering
diberikan kepada perempuan. Diluar itu, Orly bermasalah dengan ibunya yang
<i>single parent</i>, yang sedang berpacaran dengan pria yang jauh lebih muda. Bagi
Orly, gaya hidup sang Ibu tidak sesuai dengan umurnya. </span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Suki</b>. Suki ini perempuan yang paling <i>cool
</i>diantara teman-temannya. Selayaknya anak muda pada umumnya, Suki memiliki
masalah dengan kepercayaan dirinya, tapi ya itu, dia selalu <i>denial</i>, dan
berusaha menyembunyikan masalah itu rapat-rapat. Tetapi lambat laun krisis
kepercayaan dirinya menjadi semakin besar, sejalan dengan orangtuanya yang
selalu berpikir negatif terhadap dirinya.</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Zeke</b>. Zeke ini pemuda <i>rebellious</i> tapi juga <i>easy
going</i> dan sangat loyal pada sahabat-sahabatnya. Tapi, ternyata dia memendam
masalah yang sangat besar dan menyimpan luka yang dalam di hatinya. Zeke merasa
orangtuanya tidak mencintainya dan tidak menginginkan keberadaannya. Untuk
menyembuhkan luka yang dipendamnya, Zeke harus berani mengkonfrontasi
orangtuanya dan membuka pintu komunikasi yang selama ini terputus diantara
mereka.</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><b>Konji</b>. Nah, Konji ini pemuda yang polos dan
naïf. Dia sedang mengalami dilem dengan masa pubertasnya. Dia merasa ditekan
oleh aturan orangtuanya yang sangat kolot dan <i>over-protective</i>. Hingga ada satu peristiwa
yang membuatnya <i>shock</i>. Hal itu membuat kepercayaannya kepada kedua orangtuanya
hilang, dan Konji balik mempertanyakan moralitas orangtuanya yang sangat
kontradiktif dengan semua peraturan yang mereka tuntut terhadap Konji.</span></li>
</ul>
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 38.5pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Keempat remaja ini ada diantara kita. Ada banyak Orly, Suki, Zeke, dan
Konji di lingkungan kita. Tinggal kita peka nggak sih? Atau kita cenderung
<i>judgmental</i> dengan langsung melabeli mereka remaja nggak bener?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mbak Upi ini nggak tanggung-tanggung lho bikin filmnya. Penulisan naskahnya
saja butuh waktu setahun. IYA, SETAHUN! Masih ditambah riset intensif selama 2
tahun. IYA, DUA TAHUN! Untuk bisa menggambarkan realita senyata-nyatanya, Mbak
Upi bener-bener total. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Buatku pribadi sih ini film remaja sekaligus <i>parenting</i> ya. Soalnya mengasuh
anak itu bukan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">trial and error</i>. Bukan
pula kegiatan yang ada <i style="mso-bidi-font-style: normal;">manual book</i>-nya,
nggak ada remediasi, dan yang jelas, ini buatku adalah perjalanan bathin dengan
Sang Pencipta. Kok bisa? Iya, lha anak itu kan titipan Gusti Allah, WAJIB
hukumnya untuk mendapat pengasuhan yang terbaik. Dan terbaik buat mereka ini
belum tentu terbaik buatku, lho. Sudah cukup paham? Dan film My Generation ini
seakan menjadi bekal kita, para orang tua, dalam mendidik anak. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Nah, pada tanggal 10 Oktober kemarin, ada konferensi pers yang dihadiri
pemain dan sutradara film My Generation. Semua pemeran utama di film ini memang
pemain baru, masih fresh, segar, dan <i>to be honest</i>, bikin penasaran. Sekarang
kan dunia perfilman kita diisi sama pemain-pemain lama yang emang aktingnya
nggak perlu diragukan lagi kan ya. Tapi pemain baru ini gebrakan baru dan berani
banget dari Mbak Upi. Masih inget tentang film-film yang pernah ngehits jaman
angkatan AADC? Dari angkatan itu juga muncul lho banyak pemain film baru, yang
nyatanya sampai sekarang mereka udah bertengger jadi pemain film professional.
Aku yakin, para pemeran tokoh utama di My Generation ini <i>one day</i> juga bakal
jadi pemain film handal. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">You should watch
them play their roles</i>. Totalitas tanpa batas – mengutip entah siapa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5SEj2kU0KSJzCIJyqwrEZ3LKGKSzBJ5gkrjekElrs_CYi8CABCsvjVudrQaof2bsrsFnJ8Id5YQzaZblCijnemfN35S7b4DxqdBP0aavpV_429EKAb5uVW8XM6H9MJ0lLVI9I4-2o-wQ/s1600/konpers+1.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5SEj2kU0KSJzCIJyqwrEZ3LKGKSzBJ5gkrjekElrs_CYi8CABCsvjVudrQaof2bsrsFnJ8Id5YQzaZblCijnemfN35S7b4DxqdBP0aavpV_429EKAb5uVW8XM6H9MJ0lLVI9I4-2o-wQ/s320/konpers+1.jpeg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mbak Upi dan pemeran utama film My Generation</span></i></span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtO1Yq7P8f4R8fNcEuuC7bv-s_pYn4-bHeKbKN7nRGI6S0oO2tej8O2IQvCmiHbCGTD6FEk2KyVNzWVU7ThQo9vBVowQe1nGO47ckuSCctUZ3F0D6f95hwWl4sxQa8JGBLCJIlu50TX3M/s1600/konpers+2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtO1Yq7P8f4R8fNcEuuC7bv-s_pYn4-bHeKbKN7nRGI6S0oO2tej8O2IQvCmiHbCGTD6FEk2KyVNzWVU7ThQo9vBVowQe1nGO47ckuSCctUZ3F0D6f95hwWl4sxQa8JGBLCJIlu50TX3M/s320/konpers+2.jpeg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Suki, Zeke, dan Konji</span></span></i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx-LVEZLcbmeTWSeAih3imLaI0o7WIRC-oSuQsD5gQ3wrbwxpW_GuirzT1lSAG_EdXiLdg03jvQ_KeUQ9jdhNplinHmUAozSAqhscARPR8adp02bTQGBjduv4D3xAGg0QDIagd5dnFNHw/s1600/konpers+4.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx-LVEZLcbmeTWSeAih3imLaI0o7WIRC-oSuQsD5gQ3wrbwxpW_GuirzT1lSAG_EdXiLdg03jvQ_KeUQ9jdhNplinHmUAozSAqhscARPR8adp02bTQGBjduv4D3xAGg0QDIagd5dnFNHw/s320/konpers+4.jpeg" width="320" /></a></i></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;">Tuh kan, para pemainnya aja oke punya semua</span></span></i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kalau masih penasaran sama film remaja yang nggak ngepolin kisah
cinta-cintaannya, wajib banget diintip trailernya disini: <a href="https://www.youtube.com/watch?v=Y6-Lj7BdzK8" target="_blank">My Generation Trailer.</a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Karena biasanya kan film remaja itu ceritanya nggak jauh-jauh dari
urusan percintaan kan ya, kalau yang ini beda. Isu keluarga, sekolah, bahkan
internal issue dari dalam diri mereka sendiri menjadi tema pokok di film ini. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">If you want to watch something different,
then you SHOULD watch this movie</i>. Aku kalau udah ngomong gini nggak pernah
bokis, Gengs. Karena jujur aku sendiri masih takut sama bakal remajanya anakku
ini gimana. Zaman sudah berubah. <i>Everything changes, and that’s the challenge</i>.
Titik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Gengs, jangan lupa ya pasang alarm kalian. Tanggal 9 November 2017
film ini bakal rilis. Saatnya siapkan <i>budget</i>, siapkan waktu, dan mental buat
nonton cerita yang bakal bikin kita ngelus dada dan introspeksi diri ini ya.
Sekalian bawa popcorn, jangan lupa. Karena apalah artinya nonton tanpa popcorn
dan coke lol.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihNShJ_ANQhJ8KkH2hiKQj3qnQZncz92Cfb9CP9MZCySIrinioNe1YHLa1PxqVHGZ-X2K6XfaePtEUqMch7WZB9w9KlYYfxtzI5vAhcOumOJKbSfVHLc1pGbNruDFczoBNWCmhWnHlk2w/s1600/WhatsApp+Image+2017-10-20+at+12.26.27+PM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="970" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihNShJ_ANQhJ8KkH2hiKQj3qnQZncz92Cfb9CP9MZCySIrinioNe1YHLa1PxqVHGZ-X2K6XfaePtEUqMch7WZB9w9KlYYfxtzI5vAhcOumOJKbSfVHLc1pGbNruDFczoBNWCmhWnHlk2w/s320/WhatsApp+Image+2017-10-20+at+12.26.27+PM.jpeg" width="237" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><i>Nonton kita yuk</i></span></td></tr>
</tbody></table>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-23044171753289402292017-10-17T23:05:00.000-07:002017-10-17T23:05:55.859-07:00Because The Important Things is You, Yourself<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Postingan ini disponsori oleh hasil ngelamun sambil menunggu lotek selesai dibuat dan dibungkus. Aku suka sekali melamun, kadang pikiran terbang nggak tahu sampai kemana, nembus aturan-aturan pakem, yang kalo kata orang disebut mimpi. Tapi kadang dari ngelamun itu aku menemukan ide-ide segar yang kalo orang bilang biasa didapat ketika kita lagi boker di kloset. Kalo aku kok beda, ide-ide itu biasa didapat kalau lagi ngelamun atau naik motor. </span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Siang ini tadi baca-baca tulisan GKR Hayu yang kuidolakan sebagai feminist itu dan kemudian muncul ide, kenapa nggak bikin website berbasis domain sendiri saja. Bukan buat gaya-gayaan, tapi kalo punya website sendiri yang belakangnya pake .com seru juga yah. Kemudian muncul pertanyaan baru, kalo udah bikin terus bagaimana? Mau diisi apa? Mau diisi curhatan seperti ini apa ya nggak bosen dan kok kesannya nggak migunani liyan ya? Jadi dalam waktu sempit itu diputuskan kalau website masa depanku itu sebaiknya diisi hal-hal yang migunani liyan. </span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Selain karena aku suka sekali menulis, aku juga suka sekali berbagi. Banyak hal yang sebenarnya pengen aku lakukan, tapi aku benar-benar sedang mengalami defisit segalanya: ya tenaga, ya waktu, ya uang. Entah bagaimana nanti aku mau set goal-ku yang ini, tapi layak sekali dibikin metode pencapaiannya. Semoga aku nggak malas, ya.</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Sementara bikin resolusi untuk tahun 2018, tahun 2017 sendiri masih belum habis. Baiknya sisa 3 bulan ini dihabiskan dengan cara sebaik-baiknya. Baiklah, jadi mari kita bikin poin <i>mini goals</i> yang harus dilakukan selama 3 bulan kedepan.</span><br />
<ol style="text-align: left;">
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Mengurangi Bermain di Social Media</b>. Ini gampang-gampang susah. <i>Step</i> pertama yang aku lakukan adalah menerapkan lagi <i>zen living</i>. Buka secmed untuk hore-hore saja boleh, tapi bahas hal-hal yang serius bin sensitif, sebaiknya aku nulis di blog saja. Bukan apa-apa, aku baru saja mengalami hal yang nggak mengenakkan. Dan itu terkait dengan orang terdekatku, jadi baiknya aku tulis di ruang yang bisa berisi penjelasan yang lebih luas daripada status facebook. Ya, lebih detailnya, aku mau puasa facebook dulu selama beberapa hari, atau beberapa minggu, jika diperlukan. </span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Perbanyak Menulis di Platform-Platform Berbasis Blogspot atau Opini</b>. Ya, seperti ini. Ada hal yang bisa dijelaskan panjang dan lebar untuk meminimalisir kesalahpahaman seperti jika hanya menulis secuil pemikiran di status Facebook, misalnya. Atau yang lebih ekstrem, 140 karakter di Twitter, misalnya. Aku ingin lebih tenang, dan karena itu, aku ingin memperbanyak menulis untuk menampung pemikiran-pemikiran yang sering ngumpul di kepala, tapi enggan kutulis di status-status social media. Dan, aku sendiri suka dengan topik yang sensitif di mata orang lain, seperti politik, agama, dan kesetaraan gender, maka sebaiknya kutulis di platform yang semi tertutup seperti ini. Mengapa semi tertutup? Karena hanya orang yang 'mau membaca' saja yang akan membacanya. <i>Fair and square, right</i>? </span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Perbanyak Ibadah</b>. <i>Definitely</i> untuk mendukung konsep zen living-ku.</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Perbanyak Memberi</b>. Ini cita-cita sejak dulu, maksudnya, aku selalu merasa lebih tentram dan lega ketika bisa berbagi memberi kepada orang lain. Butuh ke-istiqomah-an dalam hal ini, karena kadang rejeki yang kita anggap nyata adalah berupa uang, yang mana pada beberapa bulan ini sedang seret karena suatu hal: gaji kami di kantor tidak secara tepat waktu dibayarkan, pun kantor masih menunggak pembayaran gaji selama beberapa bulan. Hal tersebut menghambat niat untuk memberi, padahal jika dipikir-pikir lagi, kayaknya nggak bakal kekurangan juga kalau hanya untuk memberi sesuatu untuk membuat anak-anak panti asuhan senang, misalnya. Tapi sifat manusia kami memang terlalu sombong.</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Perbanyak Membaca</b>. Sebuah cita-cita luhur yang mungkin terlalu tinggi untuk ibu muda macam saya. Membaca sebuah novel yang agak berat saja sekarang butuh waktu berhari-hari, sedangkan membaca Harry Potter yang tebal itu dulu aku bisa selesai dalam waktu 1 x 24 jam. Betapa keterampilan membacaku menurun drastis karena tidak dilatih ini. Bagaimana aku bisa selesai membaca Das Kapital atau Di Bawah Bendera Revolusi kalau ketrampilan membacaku loyo begini? Sedih? Sempat sedih, kemudian bangkit. Ya kenapa sedih, toh sedih juga nggak menyelesaikan masalah. Mendingan bangun terus susun rencana bagaimana mengembalikan apa yang sudah hilang. Terdengar klise, tapi ini bukan pekerjaan Roro Jonggrang yang bisa sehari dua hari selesai, lho. Sekali lagi, butuh istiqomah.</span></li>
<li><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><b>Merawat Diri</b>. <i>To be honest, i feel uncomfortable</i> dalam bentuk tubuh seperti ini. Aku butuh membuang lemak-lemak tubuhku, dan butuh masker wajah untuk membuat wajahku kembali terlihat segar, seperti dulu. Mas Andro bilang aku nggak perlu semua itu, karena aku sudah cantik, versinya dia. Tapi aku ingin merawat tubuh agar lebih sehat (dan cantik atau kinclong itu anggaplah bonus) jiwa dan raga. Bukan hanya itu, merawat badan juga sejalan dengan merawat kesehatan, baik jiwa, maupun raga. Dan itu bukan semata untuk diriku sendiri, tapi jika aku sehat dan segar, Mas Andro dan Adek juga pasti lebih bisa dibahagiakan, bukan? Aku seringnya lupa, bahwa membahagiakan orang lain itu harus dimulai dengan membahagiakan diri sendiri.</span></li>
</ol>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">After all, ada banyak hal yang ingin aku wujudkan, tapi semua bisa dilakukan satu demi satu. Memisahkan antara yang butuh dengan yang ingin adalah salah satunya. Perbanyak membaca buku bisa dilakukan sejalan dengan perbanyak menulis. Ada banyak sekali buku yang belum sempat aku beli untuk kubedah dan kureview sebagai tanda keseriusanku. Dan ada banyak sekali percobaan-percobaan lain yang antri untuk aku eksekusi sambil menunggu bulan-bulan penuh pekerjaan ini selesai. </span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Kurangi tidur.</span><br />
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Karena akhir-akhir ini aku sering kelelahan luar biasa, aku jadi terbiasa bangun agak siang di pagi hari. Tidak sempat mengawali hari dengan me-time sebelum bertempur dengan urusan-urusan masak-memasak dan berakhir dengan bekerja di kubikel sendiri. Hal itu rupanya membuatku semakin kelelahan. Baiklah, mari kita bangun lebih pagi, melakukan olahraga ringan sebentar, memasak, dan siap bekerja. Sekali lagi, aku sangat butuh ke-istiqomah-an dalam melakukan rutinitas tersebut. Semoga aku mampu, ya Gengs. Maaf postingan kali ini serius sekali, karena aku juga lagi dalam mode serius. Serius ingin lepas dari hal-hal yang tidak aku sukai tapi mengikatku saat ini. Semoga tulisanku ini tidak membosankan, ya! Tabik!</span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-61179397516898331762017-10-10T21:59:00.002-07:002017-10-10T21:59:26.882-07:00Nothing Stays The Same, and That's The Challenge<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Cheerstraw!! :)</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>Hai, long time no see</i>. Liat update terakhir blogspot, kok udah tahun lalu, dan seketika aku merasa tidak berguna. Terus, siapa suruh punya dua blog, sih, Nda! Kemudian hari ini aku kepikiran sesuatu, tentang blogku yang ini. Ini blog tertuaku, sudah banyak post yang aku publish disini dan sejak tahun 2015, sudah aku putuskan kalau blog yang ini hanya akan menjadi tempat publikasi karya fiksiku. Ya, memang aku bukan penulis tenar. Tapi setidaknya, aku penulis, kan, karena aku menulis? Lebih dari itu, aku percaya kalau suatu hari waktu akan memberi jalan, jadi selagi bisa berkarya, kenapa tidak terus berkarya?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sepertinya tulisan kali ini akan mengandung curhat, karena siang ini aku napas tilas tempat-tempat yang dulu udah menjadi lingkungan kedua setelah rumahku. Ya, benar, lingkungan kost. Aku makan siang di warung soto yang dulu sering aku datangi. Aku mengendarai motor menuju Ekologi (biar dikira kekikian, lol!) melewati Pogung Pandega, melewati laundry langgananku yang wanginya merebak membuatku semakin tenggelam dalam nostalgia-nostalgia kecil semasa malas mencuci di kost (baca: emang selalu laundry, bocahnya udah males kalo sama urusan kucek-mengkucek baju cucian lol). Lalu aku sadar sesadar-sadarnya: lingkungan ini memang sudah berubah. <i>Nothing stays the same</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Makin jauh aku semakin banyak berpikir. Berapa lama waktu yang sudah aku lalui sampai sekarang, sampai menjadi aku yang sekarang. Berapa banyak aku sudah bersyukur? Hidup sering menawarkan hal-hal diluar ekspektasi kita, seperti misalnya ketika sudah sampai Ekologi, eh, ternyata penuh. <i>coworking space</i>-nya juga penuh, atas bawah. Jadilah aku keluar lagi dan mencari tempat lain. Dapat, Eastern Kopi TM. <i>Not bad. Not bad at all</i>, karena mau bilang bagus kok menu kopinya cuma dikit banget. Jadilah pesan es teh dan kaya-cheese toast. Agak berlebihan, padahal di menu hanya tertulis roti bakar kaya keju. HAHAHA GOTCHA! </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sekarang memang ada hal-hal yang membatasi aku, karena aku sudah menjadi Ibu. Suka-duka menjadi ibu aku tuangkan di blog tema parenting yang berbeda dari ini (baca: <a href="http://maretseptember.wordpress.com/">maretseptember.wordpress.com</a>). Biarkan blog ini selalu menjadi blogku, aku, yang tidak berubah ditempa waktu. Aku yang selalu menjadi si sinis semenjak kuliah, aku yang tidak mudah percaya akan hal-hal yang belum aku cerna, aku yang memang suka mengamati (pemerhati, bukan aktivis) dan lebih suka mendengar ketimbang bicara, aku yang menuangkan apa yang tidak bisa aku ucap melalui tulisan-tulisan seperti ini.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Adalah sebuah hal yang penting, ketika kita punya waktu barang satu jam untuk menjadi diri kita sendiri. Memencet tombol F5 (jadul!) untuk memberikan kita sedikit kelonggaran dalam melepas embel-embel istri, ibu, karyawan, anak, atau apapun yang mempredikatiku. Aku hanya ingin memiliki kebebasan barang satu jam untuk melakukan apa yang aku mau: menulis blog. Kelak kita semua akan tahu, <i>how important this one hour is</i>. Begitulah, manusia kadang juga lelah dengan segala gelar yang disandangnya, meskipun banyak yang memuji betapa mulianya kita telah menjadi ibu, betapa pintarnya kita telah menjadi sarjana, betapa aktifnya kita menjadi karyawan perusahaan swasta, dan lain sebagainya. Tapi selalu ada yang terlupa, bahwa kita juga memerlukan kesendirian untuk menikmati perjalanan bathin kita, mengevaluasi diri kita sebagai seorang individu yang juga berpredikat makhluk asosial. Sendiri menjadi sesuatu yang mewah, karena jarang sekali kita dapatkan. Dan bulan-bulan ini, apalagi. Ugh!</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ada apa dengan bulan-bulan ini? <i>These months, i tellya, are a very tiring month</i>! Semua tidak selalu datang bertubi-tubi, tapi semua datang beriringan, tanpa jeda. Ini, sejujurnya, membuat kewarasanku agak kurang terjaga. Aku sering bengong memikirkan betapa banyak hal-hal yang tidak bisa aku lakukan, atau betapa banyaknya waktu yang terbuang hanya dengan hal-hal nggak penting (aku ingin banting hape saja!). Dulu aku bisa saja menulis sampai larut malam karena tidak ada yang harus diurus siang malam maupun tidak ada yang harus dipersiapkan sebelum pagi menjelang. Tapi sekarang tentu udah berubah, tapi aku hanya akan bilang kalau ini hanya soal ritme yang belum pas saja. Kupikir. Tapi ya... memang semakin dewasa semakin kita menemukan bahwa hobi kita adalah sebuah tempat nyaman dimana kita berharap bisa bersandar padanya seharian, meskkipun pada akhirnya hanya bisa dihitung dalam hitungan menit saja.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pada akhirnya, tulisan ini hanya berakhir menjadi sesuatu yang nirfaedah. LOL. Jangan lupa menjaga kewarasan, kalian diluar sana!</span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-40915004614680959652016-05-30T01:33:00.001-07:002016-05-30T02:06:07.625-07:00Nihilisme Itu Mulai Nyata<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Lo tahu nggak, saking takutnya seorang makhluk terhadap apa yang dihadapinya, dia akan cenderung memilih untuk kabur. Seperti yang selalu terjadi antara rusa dengan singa."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Kata-kata dari majalah wanita gaul tersebut terngiang-ngiang terus di telingaku. Apakah kita, makhluk hidup, merupakan makhluk yang pengecut? Keberanian tidak pernah berubah makna dari hanya sebuah kata. Kamu pengecut, kataku pada gadis di dalam cermin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Gadis itu mengkerut membayangkan hal-hal yang dia takutkan. Kehidupan yang penuh tetek bengek kegiatan sosial itu membuatnya takut. Dia memilih bersembunyi di dalam cermin, selamanya. Brengsek kau, sini kau gantikan aku! Sini kau gantikan aku menghadapi manusia-manusia di luar rumah yang mempunyai lidah setajam pisau daging, hati sedingin suhu terendah di kutub utara, dan mata yang melototimu seolah ingin menelanjangimu! Aku ingin bersembunyi saja, selamanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Tapi tentu tidak bisa. Hari Senin ini aku harus ke kantor. Kegilaan Istri Arkana Jumat kemarin masih meninggalkan bekas perih di hatiku. Sepertinya Tuhan tidak belajar dari kisahku beberapa tahun silam. Luka itu masih belum kering, Tuhan. Mengapa Engkau ciptakan luka lain di hatiku saat ini?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Jauh sebelum Tragedi Fritz, ya, aku memiliki momen tersendiri dengan menamainya Tragedi Fritz, hidupku sudah penuh dengan tragedi. Bukan, aku bukan tokoh utamanya. Tapi tengoklah Kakek. Kakek sampai harus lari ke Inggris untuk menghindari rasa sakit yang tidak pernah bisa sembuh itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku pernah kehilangan Ibu yang tidak sanggup hidup dengan Bapak yang merupakan seorang anak ex-Tapol. Iya, Kakekku adalah salah satu tahanan di Pulau Buru yang setelah 15 tahun masa penahanannya, dia tidak pernah tahu kesalahannya apa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Mungkin aku tidak sesengsara Kakek yang harus merasakan penjara selama 15 tahun. Aku hanya diteriaki sebagai wanita perusak rumah tangga orang di depan teman-teman kantorku. <i>But how bad is bad</i>? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Gadis di depanku memandangku sinis. Hah, tentu saja dia bisa memandangi aku yang hidup di dunia yang penuh manusia ini dengan raut muka suka-suka dia. Dia tidak pernah merasakan bagaimana susahnya memaafkan, bagaimana susahnya melupakan, dan bagaimana susahnya untuk tidak teringat kembali dengan kenangan-kenangan buruk itu. Bagaimana sakitnya membuat kenangan saat momen-momen itu berhenti berproduksi. Tentu dia tidak akan pernah merasakan hidup diluar cermin. Ingin aku berpindah media hidup dengannya sekali ini. Sekali ini saja, biarkan aku tinggal di cermin, dan bayanganku itu menggantikanku berkompromi dengan manusia-manusia yang suka mencibir diluar sana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala?!" Bapak memanggilku berteriak. Aku tergopoh-gopoh keluar kamar. Kusaksikan Bapak masih duduk di kusi rodanya dengan nyaman dalam diam sambil membaca korannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Ada apa, Pak?" tanyaku sedikit kesal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Tehnya sudah mulai dingin lho. Kamu juga seharusnya sudah berangkat, kenapa masih di rumah saja?" tanya Bapak perhatian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Ini Nala sudah mau berangkat, Pak," aku merapikan tasku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kok kamu pucat sekali?<i> Ndak</i> bedakan ya pagi ini?" sudah Pak. Aku sudah bedakan, kemudian aku hapus lagi. Untuk apa bedakan kalau hanya akan diahina sebagai orang ketiga nantinya di kantor?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Sudah Pak. Nala berangkat dulu ya. Assalamualaikum."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Dan aku melesat keluar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Beberapa jam yang tenang di kantor tiba-tiba kembali riuh. Semua berawal dari pesan dari rekan kerjaku, katanya aku ditunggu di ruangan Pak Direksi sekarang juga. Bisik-bisik yang kudengar sungguh menyakitkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Eh, sekarang dia ngedeketin Pak Direktur tuh, amit-amit ya!"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Astaga, Pak Direktur pun diembat!"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Eh, siang-siang gini? Di ruangan Pak Direktur?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bisik-bisik murahan, tidak mendasar, tidak disertai bukti, kurasa otak kalian sudah diserap moral rendahan kalian sendiri!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku sungguh muak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala," panggil Pak Direktur setelah aku duduk di kursi di depan beliau.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Sudah berapa lama kamu bekerja disini?" lanjutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Sudah 4 tahun, Pak," jawabku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kamu tahu 'kan peraturan di kantor ini?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Tahu Pak."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Sebutkan!"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Sebutkan, Pak?" aku mengulangi pertanyaannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Masih ingat dengan ketentuan 'berkelakuan baik'?" tanyanya penuh tendensi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Iya, Pak..." aku mulai berfirasat tidak baik. Sesuatu akan terjadi setelah ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kamu ini cucu dari ex-Tapol. Orangtuamu cerai, dan sekarang kamu... ehmm kamu menjadi kekasih pria beristri..." Pak Direktur mengambangkan kalimatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Maksud Bapak?" bagaikan pohon kering di musim kemarau, api sekecil apapun akan mampu membakarku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kamu tidak memiliki syarat untuk menjadi karyawan disini lagi, Nala. Harus saya urai satu per satu mengapa kamu seharusnya mengundurkan diri atau..."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"<i>EXCUSE ME</i>?!" aku memotong kalimatnya sambil berteriak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"...atau saya pecat," lanjut pak Direktur pelan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku tidak percaya. Aku tidak pernah membayangkan aku akan dipecat dengan cara sehina ini. <i>I'm lost at words. Damn damn damn</i> Arkana! Kamu dan istri sialanmu itu tidak pernah cukup membuatku sengsara! Lihat Arkana, perempuan yang kamu kejar-kejar ini sekarang tidak bisa bernafas saking marahnya, saking kecewanya, saking sakitnya!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Saya..."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Iya, kamu memiliki dua pilihan. Saya tidak mau mengambil resiko didatangi keributan lagi. Saya sudah berbaik hati menerima kamu empat tahun lalu, meskipun kamu masih belum termasuk dalam lingkaran Bersih Lingkungan. Tapi kamu..."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Tapi saya tidak perlu segala Bersih Lingkungan brengsek itu! Saya tidak perlu menjelaskan kepada siapa-siapa diri saya sendiri, orang-orang hanya akan melihat apa yang mereka ingin lihat! Bapak lihat, coba Bapak bercermin, apa Bapak melihat orang itu dalam diri Bapak?! Coba Bapak lihat saya, Bapak melihat saya sebagai seorang cucu ex-Tapol, anak dari orangtua yang bercerai, dan sebagai kekasih gelap yang menyebabkan perceraian 'kan? Ya, karena itu yang Bapak ingin lihat!" aku berteriak mengeluarkan semua yang mampu aku ledakkan. Marah yang aku simpan bertahun-tahun telah mengerak dan hanya menjadikanku perempuan yang tidak berbudaya. Setidaknya itu yang mereka lihat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Baik Pak, <i>first of all</i>, Bapak sama sekali tidak punya hak untuk mengkorek-korek kehidupan pribadi saya, mau siapapun kekasih saya, itu sama sekali bukan urusan Bapak. Yang kedua, meskipun orang lain memandang saya <i>seperti</i> Bapak memandang saya, saya tidak akan membiarkan diri saya kehilangan harga diri lagi. Saya akan keluar dari kantor ini hari ini juga!" tegasku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala, maksud saya..."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Terima kasih atas kerjasamanya selama ini. Maaf jika ada yang kurang berkenan dari ucapan dan tingkah laku saya."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku membanting pintu ruangan Pak Direktur sambil berlinangan air mata. Dulu, aku tidak tahu apa yang akan hidup tawarkan padaku. Sekarang aku tahu, hidup <i>tidak pernah</i> menawarkan apapun kepadaku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bapak mengelus-elus rambutku. Sore itu aku merasa aku benar-benar enggan melanjutkan kehidupanku lagi. kehilangan pekerjaan yang aku cintai hanya karena, entahlah, apakah aku mampu bilang kalau itu adalah penyebab paling tidak masuk akal yang pernah aku temui.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala, hidup memang keras," begitu nasehat Bapak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala tidak tahu kalau hidup akan memaksa kita untuk tunduk pada takdir," jawabku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Begitulah hidup, Nala."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Begitulah hidup. Begitulah hidup, <i>my ass</i>. Aku sudah cukup bersabar dan bertabah dengan hidupku. Bertumbuh dalam hinaan dan cercaan sebagai cucu dari ex-Tapol membuatku cukup ciut nyali dengan mulut-mulut besar yang tidak pernah lelah berceloteh tentang betapa sucinya hidup mereka. Kemudian saat aku mulai menemukan kebahagiaanku bersama Fritz di London, Tuhan menariknya untuk kembali ke dalam pangkuanNya. Hancur sekali, bukan, skenario Tuhan yang satu ini? Belum cukup rasanya Tuhan memporak-porandakan jiwaku, kembali minggu ini aku mendapat kado yang tidak kalah <i>grande</i> dari Tuhan: istri Arkana yang ngamuk-ngamuk di depanku, di depan teman-teman sekantorku. Malu dan hina sekali rasanya tubuh ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Tuhan telah mati," ujarku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><i>Nihilisme</i>. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Pagi ini, selain menatap kardus-kardus berisi pernak-pernik dari kubikel kantorku, aku hanya bernafas dengan ritme yang biasa saja. Tidak ada yang membuatku harus terburu-buru berangkat kerja ataupun keluar rumah. Aku akan menghabiskan hariku dengan semau-mauku sendiri. Toh, siapa yang akan mengurusiku kalau duniaku sendiri telah runtuh dan usai? Tuhan? Atas dasar apa aku mampu percaya lagi pada Tuhan? Atas dasar apa aku <i>mampu</i> percaya lagi pada manusia dan segala moralitas-<i>bullshit</i> itu? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala?" panggil Bapak dari luar kamar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Ya?" jawabku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kamu tidak keluar rumah hari ini?" tanyanya lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Ngapain keluar rumah, Pak?" jawabku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala..." Bapak dengan kursi rodanya memasuki kamarku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Bapak tahu, yang menimpa kamu sangat tidak adil."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Apa yang Tuhan lakukan ke Nala itu jahat, Pak."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Lantas apa kamu mau balas dendam ke Tuhan?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kalo itu memungkinkan, kenapa tidak?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala..." Bapak menghela napas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Sudah, Pak. Sudah tidak ada artinya semuanya. Semua sudah hilang makna, semua sudah punah. Nala hanya pengen nerusin hidup Nala yang entah bakal berjalan ke arah mana. Apa artinya hidup kalo udah nggak ada lagi yang bisa Nala percayai?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Kamu selalu bisa percaya pada Bapak."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Ibu juga seharusnya selalu bisa percaya pada Bapak."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Nala..."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Pak, sudah. Sudah, ya, Pak?"</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bapak menghela napas dan meninggalkan kamarku dengan derit suara kursi rodanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku membuang muka pada tumpukan buku di samping kananku. Wajah Friedrich Nietszche memandangku dari balik sampul merah bertuliskan Human, All Too Human.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Kamu benar, Nietzsche, <i>God is dead</i>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Siang itu terik sekali. Setelah membikin es sirup, duduk bersantai di kasur sambil meneruskan membaca Norwegian Wood-nya Haruki Murasami, telepon rumah berdering. Aku tidak mengangkatnya, alih-alih, aku menghitung, ia sudah memperdengarkan deringnya berapa kali. Bapak sedang di kamar, kemudian berteriak memintaku untuk mengangkat telepon yang deringnya kini mulai mengusik pendengarannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Bapak saja yang angkat, aku sedang mendengarkan dering telepon!" jawabku asal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Terpaksa Bapak mengangkat telepon sambil melirikku dari celah daun pintu kamar yang tidak kukutup rapat utuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Halo... ya benar... iya, benar. Oh... iya benar, astaga, Joyce! Apa kabar, apa kabar? Iya, Alhamdulillah, kabar kami semua baik. Iya, ah, tidak mungkin! Iya, bagaimana, Joyce?" terdengar suara Bapak dan nada gembiranya. Kemudian hening setelah kalimat tanyanya yang terakhir. Bapak terlihat manggut-manggut. Kemudian manggut-manggut lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">"Aku mengerti. Iya, terima kasih sekali, aku paham itu. Memang, siapa yang tidak rindu Indonesia. Ya, coba nanti aku bicarakan dengan anak-anak dulu. Hati-hati, Joyce, kabarin aku kalau sudah akan berangkat. Iya, see you, too, Joyce." Bapak menutup teleponnya. Terlihat berat, kurasa telepon barusan memberikan beban baru buat Bapak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku mengeja satu nama itu: Joyce. Siapa tidak kenal Joyce? Joycephira Soedjono, adik bungsu Bapak yang selama ini menetap di London, menunggui rumah Kakek dan Nenek di Vale Rise, London.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Mengingat Joyce, aku teringat kembali dengan Fritz. Ah, hantu masa lalu itu kembali muncul, mengaburkan realita yang berkabut ini. Aku merutuki diriku sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Aku ingin bertanya pada Bapak mengenai telepon barusan, tapi kurasai diriku sedang enggan berurusan dengan hal-hal rumit itu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Bapak berjalan masuk ke kamar lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Kuanggap masalah telepon Joyce masih belum selesai. Satu sisi diriku ingin tahu sekali apa yang Bapak bicarakan dengan Joyce, sedang sisi lainnya enggan tahu lagi masalah duniawi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">Jadi kusimpulkan: biarkan Bapak yang memutuskan akan mengutarakan apa mengenai telepon dari Joyce barusan. Aku melanjutkan bacaanku<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">, Norwegian Wood:</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">The </span><i><span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">
women took turns brushing their teeth and withdrew to
the bedroom. I poured myself some brandy and stretched out on
the sofa bed, going over the day's events from morning to
night. It felt like an awfully long day....</span></i></div>
</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-47693117543703512752015-09-14T22:17:00.006-07:002015-09-14T22:17:41.968-07:00Semua Tentang Anjali<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku mau rujuk, Arkana."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tiga kata dalam satu kalimat yang Anjali ucapkan malam itu ketika dia pulang <i>marathon-meeting</i> di kantornya hingga jam sebelas malam masih membekas dalam kepala saya. Sepuluh batang rokok yang habis saya nyalakan menjadi teman mengobrol di teras malam ini. Ralat, pagi ini. Sudah semalaman saya duduk ditemani asbak kecil di teras sambil merokok. Semenjak Anjali pulang hampir tengah malam, dia langsung mandi dan tidur. Tinggal saya yang bengong dengan apa yang Anjali katakan semalam. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>You are not the passenger, you're the leader</i>. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kata-kata itu terus berteriak-teriak di kepala saya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Saya teringat beberapa tahun lalu, saat saya dan Anjali baru saja menikah. Kami bahagia dengan semua kecukupan hidup. Cukup bisa makan, cukup bisa naik motor keliling kota, cukup mampu nonton televisi dirumah. Tapi beberapa saat kemudian Anjali menggugat. Dia bilang lelah. Dia bilang lelahnya tidak pernah terbayarkan. Dia ingin lelah yang menghasilkan. Dia juga berdalih ingin unjuk gigi lagi di dunia kerja, ingin kembali menampilkan eksistensi dirinya. Ketika Anjali meminta ijin untuk mendaftar pekerjaan, saya memberinya ijin. Saya mencintainya, saya tidak ingin membuat Anjali tidak bahagia, apalagi tidak bahagia karena apa yang saya hasilkan setiap bulannya masih kurang di mata Anjali. Dia ingin nongkrong di Starbucks, dia ingin makan siang di Hanamasa, dia ingin makan malam romantis di restoran romantis (dan mahal) di <i>rooftop</i> hotel-hotel berbintang di Jakarta. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Anjali diterima kerja di Citibank. Dengan postur tubuh yang semampai, wajah yang cantik, dan ijazah dengan nilai <i>cum laude</i> dari Fakultas Ekonomi UI, tidak ada yang bisa membendung Anjali. Maka dimulailah petualangan pertengkaran-baikan-pertengkaran-baikan kami yang berlangsung cukup lama.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Saya masih mencintai Anjali, tidak bisa saya pungkiri. Meskipun dalam beberapa tahun kebelakang, Anjali seolah membiarkan saya hidup sendiri di rumah kami. Ralat, rumah yang Anjali mampu beli. Saya seolah disuruh diam dan harus mengikuti apa yang Anjali mau, selaku pemegang keuangan rumah tangga. Saya hancur, tapi saya mencintainya. Tidak adakah yang pernah bilang bahwa lelaki adalah aktor terbaik sepanjang masa? Saya harus terlihat gagah dan berwibawa dibawah telapak tangan Anjali. Tidak pernah sekalipun Anjali memberikan selamat kepada saya atas capaian-capaian saya di bidang jurnalistik, hingga akhirnya mampu menerbitkan buku sendiri. Ya, suaminya yang lemah ini memiliki taring yang tajam di dunia kecilnya yang dia bagi bersama orang-orang yang mau mengapresiasinya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu ini! Louboutin ini harganya berkali-kali lipat daripada gajimu sebulan, tau! Yang bener dong naruhnya di tempat sepatu!"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Sayang, kapan kamu mau belikan aku cincin di Frank and Co.? Aku udah <i>request</i> sejak lama lho, satu cincin aja, masa kamu nggak mampu?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku capek kerja, Arkana. Baiknya jangan lagi kamu tambahi dengan pekerjaan domestik rumah kayak gini dong. Kan kamu yang punya lebih banyak waktu lowong ketimbang aku, apa salahnya bantuin nyuci dan setrika baju?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>My ass</i>! Ya, mengingat kata-kata yang sering keluar dari mulut indah Anjali beberapa tahun belakangan memang hanya akan menyisakan sakit hati. Bandingkan dengan Anjali ketika awal-awal pernikahan kami, dia sering bilang seperti ini:</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Asal sudah bisa makan kenyang, pakai baju bersih, dan rumah untuk berteduh, itu sudah cukup buat aku, Arkana."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku kan cinta kamu, Arkana."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku kangen nih, cepet pulang ya."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Besok kamu mau pakai baju yang mana untuk kerja? Sini aku setrikain dulu."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>Whatever and whatever</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kepalaku seketika pusing. Beberapa hari yang lalu Anjali meminta cerai. Tapi malam ini dia minta rujuk. Aku tidak tahu apa yang mengubah pikirannya. Aku berharap bisa kembali mengulang kemesraan kami berdua seperti dulu. Tapi aku sedikit pesimis.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mungkin semua itu hanya akan jadi kenangan karena mengalami <i>discontinuation</i>?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mungkin sofa di ruang tengah hanya akan menjadi saksi bisu menyaksikan kami dulu sering bercengkerama diatasnya sambil berciuman penuh cinta. Atau sofa itu hanya akan mengingat perkataan Anjali yang meminta perceraian beberapa hari yang lalu ketika aku duduk dengan lungkai di atasnya? Seandainya aku bisa memilih kenangan mana yang akan aku simpan, dan kenangan mana yang akan aku buang.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>It won't happen here</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Lo tahu, gue pikir selama ini gue udah berkorban banyak buat Anjali. <i>Somebody should stop her</i>," saya berkata kepada asbak yang penuh dengan abu rokok.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Saya ingat, dua tahun lalu Anjali hamil. Kami berdua bahagia sekali. Saya berusaha menjaga Anjali semaksimal mungkin: membelikannya susu, memijatnya setiap malam, menyiapkan sarapan hingga makan malam dengan nutrisi yang mencukupi, hingga membelikannya cincin Frank and Co. dengan membobol tabungan yang sudah saya kumpulkan bertahun-tahun demi menjaga Anjali agar tetap senang dan tidak depresi. <i>To tell you the truth</i>, cincin berlian 1,2 carat tersebut harganya mampu buat saya bayar DP KPR! <i>But</i> <i>we have waited for the baby for so long, Dude</i>. Jadi saya rasa, kali ini saya tidak akan melewatkan kesempatan ini.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>But we lost the baby, anyway</i>. Kandungan Anjali memasuki bulan ketujuh. Dokter bilang Anjali kecapekan. <i>Yeah, she works from morning until early morning</i>. Kemudian saya tersadar bahwa kesalahan ini hanya berakar tunggang: ketidakmampuan saya menghasilkan uang yang mencukupi sehingga Anjali harus bekerja seberat itu untuk memenuhi apa yang dia mau, yang seharusnya mejadi kewajiban saya. <i>You don't want to know how i feel</i>. Setelahnya, pernikahan saya dan Anjali hanya sebuah legalitas sederhana, dua oang hidup dalam satu rumah yang sama. Itu saja. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Semua tidak pernah tentang saya. Semua memang selalu tentang Anjali. Tidak peduli sebesar apapun cinta saya kepadanya, saya bukan nabi. Kalau Anjali bilang bahwa lelahnya selama ini tidak terbayar, maka saya pun berhak berkata demikian. Talak dua itu tidak akan saya cabut kembali. Lelah saya pantas dibayar dengan kebebasan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Anjali, ini semua tentang kamu. Ini bukan tentang saya dan harga diri saya, ini semua tentang kamu. Selalu tentang kamu, Anjali.</span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-44554840569104830922015-09-11T01:22:00.001-07:002015-09-11T01:22:03.208-07:00Seninku Nerakaku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>Trauma researchers have looked inside the brains of people who have suffered serious emotional trauma</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Berdasarkan artikel yang aku baca, trauma bahkan mampu membolak-balikkan pikiran manusia sehingga mereka kesulitan membedakan antara kejadian yang lampau dengan kejadian saat ini. Dulu, aku pernah mengalami kejadian yang membuat duniaku berputar-putar. <i>Photograph memory</i>-ku selalu menayangkan gambar yang sama, telepon rumah tua di Solo, tumpukan buku Kakek di rumah Solo, dan sore yang suram dengan gerimis yang menguntai menutupi semburat oranye senja yang malu-malu. Melalui telepon tua itu, aku mendengar berita yang membuatku enggan berdiri lagi, enggan membuka diri lagi. Aku berani menyebut apa yang terjadi tersebut sebuah trauma, seiring berjalannya waktu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>Fearful thoughts, flashbacks, and bad dreams. Fearful thoughts, flashbacks, and bad dreams</i>. Begitu diulang-ulang terus. Begitulah hari-hariku terbentuk semenjak telepon jahanam itu. Solo yang sejuk berubah menjadi Kota Monster yang mematikan sel-sel emosiku yang baru tumbuh. <i>I was so numb. I am so numb.</i></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>Have i told you about the calling? That was My Grandpa's</i>. Iya, telepon dari Kakek tujuh tahun lalu. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Fritz meninggal dunia," cukup tiga kata tersebut yang membuat bumiku berhenti berotasi. Aku enggan bertanya mengapa, aku enggan mengetahui cerita dibalik garis kematian itu. Bolak-balik aku teringat tentang hal-hal yang tidak mungkin bisa lagi terjadi. hal-hal yang sudah pasti menjadi kenangan. Aku sungguh membenci kenangan. Mengapa orang-orang terus membicarakan kenangan sebagai hal yang indah jika mereka tidak mungkin lagi mengulang keindahan tersebut? Sebaliknya, kita hanya akan dihadapkan pada sebuah <i>discontinuation</i>, berhentinya sebuah hal indah tersebut. Menyesakkan? Begitulah buatku. Termasuk dengan Fritz. Aku tidak akan pernah mengalami keindahan hidup dengan Fritz di Vale Rise. Sekedar duduk di Starbucks setelah seharian bersepeda di Gladstone Park. Beberapa musim panas yang kutunggu-tunggu hingga akhirnya aku bisa liburan di rumah Kakek di Inggris. <i>Oh, That Old Man</i>. Kadang aku sangat mencintai Kakek, kadang aku sangat membencinya. Memandang buku-buku lama milik Kakek yang tertata rapi di kamarku membuatku sangat merindukannya. Tapi mengingat Kakek yang membenci Fritz hingga akhirnya di harus memberitahukanku berita menyedihkan itu, membuatku membencinya setengah mati.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kadang aku tidak mengerti apa yang terjadi dalam hidupku.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kadang itu membuatku enggan mencintai orang begitu dalam. Karena, orang yang membuatmu jatuh cinta, adalah orang yang akan membuatmu patah hati sepatahpatahnya.<i> I won't take that risk</i>. Sudah cukup aku dibuat 'sakit' oleh kenangan-kenangan itu, sudah cukup aku mampu mengingat-ingat kejadian buruk yang selanjutnya menjadi kenangan yang menakutkan, dan mimpi yang buruk itu. <i>I have to cut all of those shits</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>I can call that a trauma, can't i</i>? </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Untaian kejadian buruk tersebut bisa saja aku cegah. Tapi sekarang, aku hanya bisa berkata "seandainya..."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Iya, seandainya saja aku tidak melakukan hal bodoh tersebut. Seandainya saja aku tidak berkenan berkenalan dengan Fritz. Seandainya saja aku tidak pernah ke rumah Kakek di Vale Rise. Seandainya saja Kakek tidak pengecut dan tidak perlu pindah ke Vale Rise. Semua selalu saja tentang "seandainya".</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Lantas, bagaimana bisa aku mampu ditambah dengan 'pengalaman buruk' dilabrak istri Arkana? Bagaimana mungkin aku sanggup menanggung semua akibat dari pelabrakan itu seorang diri? Iya, seorang diri. Setelah semua orang tahu bahwa aku seorang <i>(pseudo) marriage-breaker,</i> seperti yang wanita itu tuduhkan<i>, now can i just be dead, Dear God</i>? Kepalaku pusing tidak karuan. Hidupku yang sudah hancur kini makin hancur. Tidakkah ada hal baik yang bisa kuterima lagi, Tuhan?</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Nala?" suara Bapak memanggilku dari balik pintu kamar.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ya, Pak?" jawabku enggan membuka pintu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu tidak ke kantor? Ini sudah jam sembilan. Biasanya sejak sejam yang lalu kamu sudah berangkat," tambah Bapak. Harus kukatakan apa kepada Bapak? Tidak cukupkah beban yang Bapak pikul sehingga aku tega memberinya beban masalahku? Tidak.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Nala sedang tidak enak badan, Nala mau istirahat dulu di rumah sehari ini." Sehari ini?, kudengar otakku meneriakkan pertanyaan bodohnya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Baik, Bapak bikinkan teh hangat ya buat kamu."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku tidak mengiyakan, pun tidak menidakkan. Aku enggan bereaksi apapun terhadap kehidupan.<i> I'm so dead</i>.<i> I'm inelastic with those mundane affairs</i>.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>A traumatic experience that involves most or all of the senses - sight, hearing, smell, physical pain - as well as emotions, speech and thought, is stored in multiple regions throughout your brain.</i> Dan begitulah. Seninku adalah nerakaku.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">NB: the glimpse of the story of Nala and Fritz can you find in <a href="http://biangkeroktukangribut.tumblr.com/post/28619293622/jejak-kenangan-di-gladstone-park" target="_blank">here</a>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-66087781255395744472015-08-20T02:14:00.004-07:002015-08-20T02:14:55.937-07:00Aku Telah Mati<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Beberapa kali aku merasa membutuhkan me-time. Aku ingin terperangkap bersama waktu. Sendiri kita bersama, kemudian bersama uap-uap kenangan yang menyesakkan -tapi membuat kita hidup- itulah aku ingin terperangkap. Aku membutuhkan me-time-ku itu sekarang. Sejam yang lalu. Sehari yang lalu. Seminggu yang lalu. Setiap hari dan setiap saat.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kadang aku merasa aneh dengan diriku sendiri, tidak ada hal lain di sekitarku yang begitu menggelitik pandanganku. Aku merasa bosan, aku tidak tertarik. Ketika perasaaan itu sedang kuat-kuatnya, aku merasa sangat merindukan kamar Kakek yang penuh dengan buku, yang akan melilitku dengan kesendirian dan kesepian. Yang akan membuatku mendengar detak jantungku sendiri hingga kemudian aku akan menyadari kalau aku (sedang) hidup.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Mungkin aku monoton. Aku terlalu serius menghadapi hidup, aku terlalu serius mempertanyakan hal-hal dalam hidup yang tidak akan pernah digubris orang lain.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku pernah kencan dengan seseorang. Seorang laki-laki tentunya. Aku menerima ajakan makan malamnya karena dia berjanji setelah itu dia akan mengajakku menonton Festival Film di LIP (Lembaga Indonesia Perancis), waktu itu. Ya, aku tidak tertarik dengan makan malamnya, tetapi aku sangat menghargai usahanya yang sangat menyukai dunia sastra dan seni ini. Maka berangkatlah kita ke SKYE, yang baru kutahu bahwa tempat itu sangat indah. Aku tidak mempersiapkan diriku untuk kencan seromantis itu, bahkan aku hanya mengenakan jeans dan kaus putih biasa. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tidak, aku tidak merasa terkesan dengan pilihan tempatnya itu. Aku mulai mempertanyakan dirinya, pantaskah dia untukku? Pantaskah dia mendapat jawaban "ya" untuk ajakan makan malamnya?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kenapa kita makan disini?" aku mulai bertanya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Tempatnya romantis, bukan? Ini di lantai 56 lho, coba lihat keluar," dia tidak menjawab pertanyaanku.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku tahu," jawabku singkat.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku hanya tidak suka ada disini," lanjutku enteng. Dia terkesima, kemudian terdiam.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Maaf?" dia seolah bertanya, "APA? LO NGGAK SUKA TEMPAT PALING DIIDAM-IDAMKAN KAUMMU YANG SUKA HAL-HAL ROMANTIS KAYAK GINI!". Aku membuang mukaku dan mulai mengatakan sesuatu pada otakku.<i> I'm not into this, why should i force myself to like something like this? Most people love this place, but i love some simple and humble places. Most people love doing shopping, but i love watching movie and discuss about the movie later, with the same movie-enthusiast, like me</i>.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kok diam?" dia bertanya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kita ke LIP langsung aja yuk. Aku merasa kamu membohongiku. Kamu tidak bilang akan mengajakku makan di BCA Tower ini."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ya, aku memang keras kepala. Tapi aku hanya mempertahankan prinsipku. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Menyepi adalah salah satu caraku menghargai hidup dan kehidupan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pulang kantor sore menjelang maghrib hari Jumat itu, aku mulai menyusun rencana untuk menghabiskan akhir pekan. Pergi ke pasar, bercakap-cakap dengan pedagang sayur dan daging, memasak, kemudian aku akan menata rak bukuku yang mulai tidak beraturan. Mungkin akan menyortir beberapa buku untuk aku sumbangkan ke Panti Asuhan pada hari minggunya. Aku harus sibuk. AKU HARUS SIBUK.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Hai, kamu!" seorang wanita cantik dan modern dengan stelan kantor yang sangat pas di badannya, berjalan ke arahku. Aku merasa belum pernah bertemu dengan wanita ini sebelumnya. Wajahnya pun tidak bersahabat.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Iya, kamu," dia melanjutkan. Aku berhenti di depan gerbang kantorku, ditengah-tengah teman-teman kantor yang sedang dalam arus pulang juga.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Saya?" tanyaku.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Nggak usah pura-pura sopan deh kamu. Wajah polosmu nggak akan bisa menutupi kelakuanmu yang sebenarnya!" nada suaranya mulai meninggi. Aku melihat di sekeliling. Beberapa orang sudah mulai melihatku; ada yang berwajah ingin tahu, ada yang hanya sekedar menoleh karena spontan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Saya kenapa ya?" tanyaku lagi.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu <i>marriage-breaker</i>!" dia mendesis, dan kata-katanya terdengar mengerikan di telingaku.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu tahu dengan siapa kamu sedang berhadapan, dengan istri laki-laki yang kamu goda tempo hari, dia suamiku!" </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kini semua orang melihat ke arahku. Beberapa ada yang tersenyum sinis. Ya Tuhan, jika Engkau memang ada, bunuhlah aku sekarang juga. Aku tidak butuh banyak manusia yang menghujamku dengan pandangan mengerikan seperti itu. Aku tidak butuh hidup dengan beban yang terlampau berat seperti ini. Aku tidak butuh semua ini, dunia ini, aku tidak butuh, Tuhan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ingat kan sore kemarin kamu berjalan beriringan dengan siapa? Ya, dia suamiku! Kamu pasti tidak menyangka kalau aku, istrinya, tahu tentang kedekatan kalian! Kaget? Aku yakin kamu kaget. Kamu terlalu naif, kamu terlalu percaya diri," dia mendesis lagi sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku nggak ada hubungan apapun dengan su..."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Cukup! Pictures tell more," wanita itu memotong perkataaku sambil mengeluarkan beberapa lembar foto dari tasnya. Foto-foto itu dia lemparkan ke wajahku, hingga akhirnya beterbangan dan jatuh di samping tubuh lalahku berdiri. Salah satu foto tersebut memperlihatkan aku dan Arkana berjalan beriringan di trotoar. Arkana sedang mabuk saat itu. Tapi kami hanya berjalan. Hanya berjalan beriringan. Tidak ada adegan penuh cinta dalam foto-foto tersebut. Semua orang bisa berlogika kalau aku dengan Arkana dalam foto tersebut tidak sedang pacaran atau sejenisnya. Kami hampir terlihat asing satu sama lain. Tapi mereka seolah sudah terbius dengan derai amarah wanita yang mengaku istri Arkana itu. Manusia akan lebih tertarik dengan hal-hal negatif orang lain daripada hal positifnya. Dan aku terlalu lelah untuk menjelaskan manusia-manusia itu agar bisa berpikir.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku tidak akan menemui suamimu lagi. Katakan padanya untuk jangan menggangguku lagi," jawabku akhirnya. Aku benar-benar lelah menghadapi dunia macam begini.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Baguslah, aku harap kata-katamu bisa aku pegang. Aku sedang dalam proses rujuk dengan suamiku, aku harap kamu jangan ganggu dia dulu," suaranya agak melunak.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku diam saja, tidak mengiyakan, tidak pula menidakkan. Aku ingat, akulah yang mengatakan selamat tinggal pada lelaki itu kemarin. Lelaki yang bahkan aku tidak tahu siapa. Lelaki yang hanya membawa bencana untuk hidupku. Kurasa sekarang benar-benar cukup. Dia dan istrinya, tidak akan aku perkenankan lagi memasuki hidupku untuk kedua kalinya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Boleh aku pulang sekarang? Masih banyak hal yang harus aku urus. Hubunganmu dengan suamimu bukanlah urusanku."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Wanita itu menatapku tajam sebelum akhirnya beranjak menuju mobil Civic terbarunya. Aku tidak akan pernah bisa lupa dengan wajahnya. Aku tidak akan pernah lupa dengan sikap arogannya, sikap yang dengan mudahnya mematahkan hidup orang lain. Sikap yang dengan mudahnya membuat benteng-benteng pertahanan diriku terhadap hidup, yang kubangun sejak bertahun-tahun lalu, hancur.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sekarang entah dengan cara apa aku akan membangun kepercayaan diriku lagi. Aku telah mati.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-62340595180129209252015-05-11T02:47:00.001-07:002015-05-11T02:47:08.557-07:00Lelaki yang Lupa Bercukur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sepulang kerja sore itu, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah. Aku selalu menyukai aroma udara sore hari. Tapi tentu saja, karena ini di Jakarta, aroma udara yang tercium sudah pasti tercampur dengan asap kendaraan dan debu-debu kering yang beterbangan. Tapi entah kenapa, selalu ada magis yang membuat sore selalu lebih teduh.<br />
Aku memandangi apa yang tampak di depanku. Kemudian memandangi kedua kakiku. Bergantian, memandangi lagi bangunan di depanku. Tidak ada yang menyuruhku aku datang kesini. Kedai Kopi Hitam. Tapi kakiku, kenapa selalu bergerak kesini?<br />
Seakan Kedai Kopi ini memang diciptakan untuk manusia-manusia kesepian.<br />
<br />
Aku duduk di pojok dekat jendela seperti biasa. Dari pojokan jendela ini, aku bisa membebaskan pandanganku ke jalanan tanpa terhalang apa-apa.<br />
"Silakan, kopinya."<br />
Seorang pelayan mengantarkanku secangkir kopi hitam yang mengepul. Kopi itu mengingatkanku pada kehidupan. Gelap, kelam. Tapi harum, manis, dan pahit. Aku enggan meneruskan pemikiranku tentang kehidupan. Aku lebih tertarik memikirkan tentang Bapak. Dan kata-kata Bapak.<br />
"Saya tidak tahu kalo kamu kesini. Menunggu saya?" sebuah suara yang tidak asing bagiku, mendadak muncul. Lelaki itu berdiri di depanku. Kemudian dengan gerakan normal, dia duduk di bangku kayu itu.<br />
"Aku tidak menunggu kamu."<br />
"Lantas, Kedai Kopi Hitam, pojokan jendela? Manalagi yang membuktikan kamu tidak sedang menunggu saya?" lelaki itu terus mencecarku. Aku mendengus kesal, kemudian berdiri.<br />
"Aku tidak sedang menunggu kamu. <i>Look, i'm leaving</i>," aku berjalan menuju pintu kelua kedai setelah meletakkan uang sepuluh ribu di meja.<br />
"Tunggu!" dia menahanku, kemudian menyusulku keluar kedai.<br />
"Kenapa kita berdua bertemu disini? Maafkan saya, saya sedang sensitif beberapa hari ini," ia mengejarku.<br />
"Sekarang kamu ngejar aku, kamu mau apa?" tanyaku kesal.<br />
"Saya ... saya tidak tahu apa yang saya mau. Saya sedang berada pada titik terjauh dari idealisme saya. Kamu sendiri?"<br />
"Aku? Kenapa kamu bertanya tentangku?"<br />
"Hahaha ... kurang apalagi? Perlu saya tambahkan rokok untuk melengkapi pernak-pernik kegalauanmu itu? Apa yang sudah hidup tawarkan sama kamu?"<br />
Aku berhenti berjalan, menoleh dan memandang pria di depanku saat ini. Hari ini dia terlihat sangat sinis. Wajahnya kusut, dan kurasa sudah seminggu dia tidak bercukur.<br />
"Coba sekarang kamu jawab aku, apa yang kamu tahu tentang hidup?" tanyaku menantang.<br />
"Kamu menanyakan tentang hidup kepada pria yang sedang merasa kehilangan? Semua hanya siklus. Hidup pun demikian. Kini giliran siklusku yang menyuruhku untuk bepindah. Dan seperti yang semua orang tahu, perpindahan memerlukan energi yang besar, maka dari itu, aku..."<br />
"Mabuk." kupotong omongannya.<br />
"Masih sore dan kamu sudah bau alkohol. Memalukan sekali dirimu!" kuejek dia. Dia terkekeh sinis lebih lama lagi.<br />
"Tahu apa kamu tentang energi? Kamu terlalu lama berkubang dalam pertanyaan yang tidak kamu temukan jawabannya."<br />
Aku terperangah. Aku merasa seperti kerbau yang kelamaan berkubang. Ingin sekali lagi kutanyakan padanya, siapa dirinya. Tapi aku hanya menemukan angi yang keluar dari mulutku.<br />
"Aku sedang tidak tertarik bermain Who Has The Worst Problem Ever, tapi kurasa kita semua sedang punya masalah yang cukup pelik," ujarku.<br />
"Istri saya minta cerai. Dia minta saya jadi duda," dia berkata pelan. Aku mendongak.<br />
Di trotoar yang sepi pejalan kaki ini, aku berbicara dengan orang asing yang berdiri satu meter di depanku. Aku merasa sedang menghadapi kehidupan yang sebenarnya.<br />
"Aku bahkan tidak tahu kamu sudah punya istri," aku meneruskan berjalan. Dia mengikutiku, dan berjalan di sampingku. <br />
"Aku bahkan tidak tahu kamu <i>gay</i> atau <i>straight</i>," dia tersenyum sambil menoleh jenaka.<br />
"Ada banyak hal yang sejujurnya tidak perlu kita tahu," jawabku.<br />
"Kamu benar. Seperti menatap wajahnya yang terlihat merana ketika bersamaku. Adakah yang lebih menyakitkan ketika kita bersama seseorang yang tidak pernah bahagia dengan kita? Atau, ketika kita tahu bahwa selama ini yang kita jalani hanya bohong belaka, dan pada akhirnya, tidak ada ujung yang kita harapkan? Hai, Dre, dengar, aku lelah dengan semua ini," lelaki itu bercerita panjang lebar.<br />
"Kenapa kamu tidak mempertahankan pernikahanmu jika kamu benar-benar mencintainya?" tanyaku. Arkana berhenti berjalan seketika. Wajahnya menegang seperti menyadari sesuatu.<br />
"Apa menurutmu penting sekali mengetahui seseorang luar dalam? Kurasa semakin kita banyak tahu, semakin kita nggak tahu. Pernah dengar kata-kata tersebut?" tanyaku.<br />
"Jadi, karena itulah kamu menghindar dari manusia-manusia diluar sana? Kenapa kamu tidak menghindar dari saya? Saya beracun," desis Arkana.<br />
"<i>Then you're a lucky bastard</i>," jawabku cepat.<br />
"Dre, saya rasa istri saya sudah tidak lagi mencintai saya."<br />
"Aku belum pernah mengalami kasus seperti ini. Tapi soal cinta..." aku menerawang. Aku teringat dengan seseorang yang mengajariku bagaimana rasanya mencium cinta. Rasa hangat tiba-tiba menjalar hingga ke dalam tulang-tulangku.<br />
Orang yang tidak akan pernah bisa kutemui. Baik di dunia ini, ataupun di dunia selanjutnya.<br />
"Dulu saya memang cuek terhadap istri saya. Dan dia bersikap manis pada saya. Kemudian sesuatu terjadi. Saya tidak lagi melihatnya sebagai orang yang sama. Atau saya sudah terlalu biasa dengan keluhan-keluhannya? Tentang uang bulanan yang saya beri, yang bahkan tidak bisa mencapai sepertiga gajinya tiap bulan, tentang saya yang terlalu menikmati waktu sendiri saya, tentang kopi dan buku catatan kecil ini, tentang ketegangan-ketegangan setiap majalah saya terbit. Kamu tahu kalo saya wartawan?" tanya Arkana.<br />
Tiba-tiba aku terhenyak pada memori beberapa minggu silam, ketika jari-jari tanganku berhenti pada inisial nama pada sebuah artikel mengenai seorang suami yang membunuh istrinya yang berprofesi sebagai aktris karena cemburu.<br />
Tiba-tiba saya merasa limbung. Kurasa ini bukan firasat, tapi ini terlalu kuat untuk tidak dikategorikan sebagai sebuah pertanda. Siapa sebenarnya lelaki disebelahku ini?<br />
"Dre?" Arkana membuyarkan lamunanku.<br />
"Kamu merokok?" tanyanya. Aku menggeleng cepat. Dia menyalakan sebatang rokok lagi, dan menghempaskan asapnya yang bulat-bulat di ke depan.<br />
Aku harus setiap pada prinsipku kali ini, semakin banyak yang orang tahu tentangku, semakin lemah aku di hadapan mereka. Matahari sudah melicinkan diri di barat langit. Sulur-sulur jingga bercahaya menerpa langit yang mulai mengelabu. Hari sudah menyuruhku untuk pulang. Ada Bapak dan Bima yang menungguku untuk makan malam.<br />
"Arkana, aku harus lekas pulang. Selamat tinggal," aku mempercepat langkahku menuju perumahan tempatku tinggal, satu kilometer jaraknya dari tempatku berpisah dengan Arkana.<br />
"Dre! Kenapa selamat tinggal?" teriak Arkana. Aku sudah berjalan menjauh. Kubalikkan kepalaku, dan kulihat lelaki yang lupa bercukur itu masih memandangku dengan tanda tanya. Kamu tahu maksudku, Arkana, kamu tahu.<br />
<br />
Kamu hanya tidak ingin apa yang kamu tahu menjadi sebuah kenyataan.<br />
<br />
Aku mempercepat langkahku, menyongsong matahari yang tinggal separuh.</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-15422146067426959042015-04-28T21:10:00.002-07:002015-04-28T21:11:09.127-07:00Mata yang Berkaca-Kaca<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saya pulang ke rumah dengan perasaan ringan. Dre bersedia menemui saya, entah kenapa. Tapi masih ada tanda tanya besar dalam benak saya. Mengapa Dre begitu ... <i>Dre</i>? Dia menolak orang lain, dan memberikan sambutan pada kesepian. Apa yang mengubah Dre menjadi Dre yang seperti itu?<br />
Ah sudahlah! Bukankah semua manusia memliki masalahnya sendiri. Bukan hanya Dre, tapi saya...<br />
"Arkana!" wanita itu membuka pintu dengan kasar dan memanggil saya dengan nada suara yang meninggi.<br />
"Baru pulang?" tanya saya. Pintu depan tertutup kembali. Wanita itu melepas sepatu hak tingginya dan membuang tas kerjanya di meja tengah. Dia berjalan ke arah saya yang masih memegang buku catatan sambil duduk di sofa ruang tengah.<br />
"Masih setia dengan catatan kecil dan kejadian-kejadian kriminal?" tanyanya sinis. Aku menghela napas. Anjali tidak pernah menyukai pekerjaan saya karena tidak bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang mencukupi. Sebaliknya, sebagai banker, Anjali mampu menghasilkan berlipat-lipat kali lebih besar daripada yang saya hasilkan. Inilah buktinya. Rumah yang sedang saya tempati, dan mobil Civic terbaru yang mampu dia dapatkan dari kantornya. Konsekuensinya, tentu ada.<br />
"Arkana, aku mau bicara dengan kamu," lanjutnya.<br />
Inilah keluarga saya. Sebagai suami, saya selalu merasa kurang di mata dia. Tapi sebagai wartawan, saya tidak perah kehilangan lirikan iri dari orang-orang jurnalis lainnya karena kehebatan saya mengorek dan menulis berita.<br />
"Ada apa, Anjali?" tanyaku.<br />
Anjali sejenak menatap saya, intens. Saya tidak bisa lupa dengan tatapan matanya. Tatapan mata Anjali ketika masih jatuh cinta dengan saya. Tatapan mata itu lambat laun berubah. Tapi malam ini, detik ini tatapan mata itu datang lagi.<br />
"Arkana, seperti yang kita ketahui, kehidupan ini selalu menawarkan pilihan yang tidak terbatas. Termasuk untuk aku dan kamu," Anjali mulai bangkit. Kebiasaan seorang bos, bicara sambil berdiri dan melipat kedua tangannya di dada. <i>Here she is</i>.<br />
"Ada banyak pilihan, dan hanya ada satu takdir," lanjut saya.<br />
"Tepat sekali. Kita tidak boleh salah memilih," lanjutnya. <br />
"Ada apa, Anjali? Apa yang sebenarnya ingin kamu bicarakan dengan saya?" tanyaku tidak sabar.<br />
"Aku pernah mendapat kesempatan besar, dulu. Dan aku melewatkan kesempatan itu, karena kamu. Aku memilih kamu, bertahun-tahun yang lalu. Pernahkah kamu memikirkan pilihanmu tentangku?" tanyanya. Saya bisa menebak ke arah mana pembicaraan ini akan berakhir. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Anjali akan meminta saya untuk bisa menghasilkan uang lebih banyak lagi, sehingga egonya tidak melulu sakit. Tapi bukan itu yang saya rasakan. Saya tidak merasa Anjali kesusahan dengan nominal uang yang saya berikan. Saya belihatnya berubah, itu saja.<br />
"Tentu saya memilih kamu, Anjali," jawabku.<br />
"Omong kosong! Kamu bilang kamu memilihku tapi tidak secuil kebahagiaanpun yang kamu berikan ke aku! Coba lihat semua ini! Lihat, Arkana!" Anjali berteriak di depanku.<br />
"Pernah kamu pikirkan sedikitpun tentangku? Aku yang yang bekerja dari pagi hingga larut malam seperti ini! Aku yang mengusahakan sendiri KEBAHAGIAANKU! Dan kamu? Apa yang kamu lakukan dengan catatan kecil itu? Sampah!" Anjali berteriak marah.<br />
"Kamu sedang lelah, Anjali. Sebaiknya kamu istirahat dulu."<br />
"Oh ya? Oh tentu saja aku sedang lelah, dasar pengecut! Aku lelah bertahun-tahun sama kamu!"<br />
"Anjali, kamu tidak perlu berteriak."<br />
"Tentu saja aku tidak perlu berteriak seperti ini. Aku akan duduk dengan tenang, menyimpan tenagaku, dan aku harap kamu segera mendapatkan surat cerai dariku."<br />
"Anjali?"<br />
"Ya, tentu saja Arkana. Aku ingin perceraian."<br />
<br />
*<br />
<br />
Aku tidak tahu mengapa lelaki itu mengotot ingin menemuiku. Tentu saja aku tidak mengenalnya. Ada banyak hal yang aku ketahui di dunia ini, tetapi bukan dia.<br />
Aku segera bersiap-siap diri. Selesai membereskan sarapan pagi, aku menyambar tas kerjaku dan melangkah ke arah pintu keluar.<br />
"Nala."<br />
Aku menoleh. Bapak memanggilku.<br />
"Terima kasih sudah mau merawat Bapak dan Bima," lanjut Bapak.<br />
Aku menghampiri Bapak dan mencium tangannya.<br />
"Tidak masalah Pak. Nala berangkat dulu."<br />
"Nala," panggil Bapak lagi. Aku menghampiri Bapak dan merendahkan tubuhku di samping kursi rodanya.<br />
"Iya, Pak?" tanyaku.<br />
"Katakan apa yang kamu rasakan, Nala. Bapak tahu, ada dunia lain di dalam kepalamu yang tidak ingin kamu bagi dengan siapapun," lanjut Bapak. Dunia lain ... dunia lain apa?<br />
"Nala, Bapak mengerti kecemasanmu. Percayalah, tidak semua orang bisa menyakiti. Bapak ingin melihatmu bahagia, Bapak ingin melihatmu seperti Nala yang sering bermain dengan Kakek..." mata Bapak berkaca-kaca. Tidak. Aku tidak ingin membuat Bapak khawatir dan cemas padaku.<br />
"Nala akan bahagia, Nala janji, Pak."<br />
Aku melangkah keluar rumah. Setelah menutup pintu gerbang halaman rumah, tetesan airmataku kembali jatuh. Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti apa yang hidup tawarkan padaku.<br />
<br />
*<br />
<br />
Sendok itu terus saja mengaduk-aduk kopi hitam yang saya pesan. Saya tidak mengerti dengan pilihan-pilihan yang Anjali bicarakan semalam. Dia menginginkan perceraian? Kenapa? Apa yang salah dengan kehidupan kami? Kami baik-baik saja, bukan?<br />
"Boy, ngelamun lagi? Kayak nggak ada kesibukan lagi aja lo," Bayu, teman sekantorku memergokiku sedang melamun di kantin kantor.<br />
"Di lantai atas ada Coffee Shop yang oke punya, kenapa lo malah senang ngendon di basement sumpek ini sih?" tanyanya.<br />
Aku menyalakan rokokku dan menghisapnya kuat-kuat.<br />
"Lo tahu, Bay, gue nggak butuh kopi abal-abal mahal yang hanya bakal dibeli sama orang yang keberatan gengsi. Inilah kopi hitam yang sesungguhnya."<br />
"Ini nih, kaum proletar ngehek! Hahaha! Liputan?" tanya Bayu.<br />
"Kalo kaum proletar yang lo maksud itu orang-orang kere macam gue, berarti semua wanita masuk dalam kaum materialis, gitu Bay?" tanyaku.<br />
"Lo lagi kenapa sama bini lo?" tanya Bayu.<br />
"Nggak kenapa-napa Bay. Gue terlalu cinta sama pekerjaan gue aja."<br />
Dalam riak kopi yang tenang itu, saya temukan sepasang mata yang berkaca-kaca.<br />
<br /></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-39649603606445141992015-02-16T01:05:00.001-08:002015-02-16T01:05:49.098-08:00Karena Aku Tidak Ingin Meninggalkanmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku pernah memiliki teman. Seorang teman baik yang selalu menjadi muara segala cerita-ceritaku. Tapi semenjak beberapa waktu lalu, aku melepaskan temanku. Banyak yang bertanya kenapa, dan banyak yang menerka bahwa aku dijauhi temanku. Tidak. Akulah yang menjauhi mereka. Aku sungguh tidak ingin membuat temanku kepikiran tentangku. Tentangku yang memiliki pembenci di tempat aku hidup.<br />
<br />
Kata-kata benci selalu mendarat kepadaku. Aku menjadi negatif. Aku takut menyakiti temanku. Aku menjauh demi kebaikannya. Dan demi kebaikanku. Aku membaca lebih banyak. Lebih banyak huruf yang kutelan setiap harinya dibandingkan butiran nasi dalam makan siang dan malamku. Aku tidak pernah sarapan.<br />
<br />
"<i>Tuh kan, apa aku bilang, kamu dijauhi temanmu kan!</i>" pernah suatu hari kudengar dia komentar.<br />
<br />
Aku sudah kebas dengan segala yang dia bilang. Buatku, semua itu invalid, dan aku tidak boleh ambil pusing dengannya. Jadi, aku selalu diam, dan diam dalam duniaku sendiri.<br />
Aku menjalani hidupku bagai air dalam sungai tanpa riak. Mengalir tanpa hambatan apapun.<br />
<br />
*<br />
<br />
Sore itu, aku pulang dengan agak tergesa dari kantor. Setelah mendapat email penawaran untuk menjadi <i>ghost-writer</i> untuk seorang psikolog, aku memutuskan untuk pulang cepat dan menemui calon klienku untuk berbicara lebih lanjut. Kami janjian di klinik tempatnya praktek. Aku harus menaiki busway dua kali untuk mencapai kliniknya.<br />
Debu-debu beterbangan diatas aspal, menjulang meninggi diterpa kendaraan roda dua dan roda empat. Tanda-tanda kemacetan sudah terlihat dengan padatnya kendaraan oleh manusia beserta mesinnya. Aku harus mengusap peluhku berulangkali. Matahari pukul lima sore masih terlampau galak rupanya.<br />
"Dre, Dre!" kudengar seseorang memanggil namaku. Hatiku berdentam-dentam mendengar suara yang tidak asing lagi. Sebulan lebih aku tidak lagi dipanggil dengan sebutan itu.<br />
Kutolehkan kepalaku ke belakang, Arkana tempak berlari-lari dengan membawa tas punggung hitam. Wajahnya berkeringat dan kelelahan. Kantung matanya menonjol dan kehitaman. Kudengar nafasnya memburu.<br />
"Dre!" akhirnya dia mencapaiku.<br />
"Dre," panggilnya. Aku masih tertegun diam dan tidak tahu harus berlari atau mendengarnya memohon untuk meminta waktu untuk berbicara.<br />
"Arkana," kubalas panggilannya.<br />
"Dre, kamu darimana saja?" tanyanya.<br />
"Dari kantor," jawabku singkat.<br />
"Sudah lama kita tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?" tanyanya.<br />
"Aku baik-baik saja."<br />
"Dre, ada yang salahkah dariku?" tanyanya lagi.<br />
"Tidak," jawabku.<br />
"Dre, please," dia terlihat memohon.<br />
"Aku tidak tahu caranya berteman, Arkana."<br />
"Apa maksudmu, Dre?"<br />
Aku dulu pernah punya teman. Dulu aku pernah meninggalkan temanku.<br />
"Arkana, aku tidak ingin membuatmu meninggalkanku."<br />
"Aku tidak akan meninggalkanmu..." nadanya terengar penuh tanya. Arkana tidak mengerti apa yang dirinya sendiri katakan. <br />
"Aku harus kerja, Arkana. Aku ada janji dengan klien," jelasku berharap dia tahu kalau aku akan mengucapkan <i>closing-line </i>selepasnya.<br />
"Dre, boleh aku bertemu lagi denganmu?" tanya Arkana memohon.<br />
"Ada apa, Arkana? Kenapa denganku?"<br />
"Justru karena aku tidak tahu siapa kamu, makanya aku ingin mengenalmu."<br />
"Arkana, kamu tidak mengerti."<br />
"Kamu yang tidak mengerti, Dre."<br />
"Terserah kamu. Aku harus pergi. Permisi."<br />
Aku meninggalkan Arkana sendirian di pedestrian menuju halte busway. Udara panas perlahan menurun, menjadikan petang menjadi lebih sejuk.<br />
<br />
Arkana, aku sudah pernah punya teman, dan aku meninggalkannya. Aku tidak ingin berteman denganmu, karena aku tidak ingin meninggalkanmu.<br />
<br />
<br />
*<br />
<br />
Dre, kenapa kamu selalu ingin kabur dari saya? Semakin kamu kabur, semakin saya ingin mengenalmu. Mengapa kamu selalu berwajah sendu? Mengapa kamu selalu tidak ingin menjadi bagian dari hidup orang lain? Mengapa kamu begitu membuat saya merasa lebih hidup? Mengapa kamu membuat saya menginginkanmu?</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-33730071177031736352015-01-28T19:36:00.002-08:002015-01-28T22:12:15.656-08:00Catatan Arkana<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seharian ini saya harus meliput kejadian kriminal yang semalam baru saja terjadi. Pembunuhan dengan motif kecemburuan dalam biduk rumah tangga seorang artis. Pelaku langsung menyerahkan diri dengan derai air mata penyesalan. Pecundang, kata saya. Hanya pecundang yang memilih untuk menyesal daripada harus berpikir dahulu sebelum bertindak. Dan laki-laki itu, yang sudah menghabisi nyawa istrinya sendiri, adalah seorang pecundang yang sedang bercucuran air mata.<br />
Hampir satu jam saya nongkrong di Mabes Polri, berusaha untuk membuat janji wawancara dengan narasumber pecundang satu itu. Tapi Kabag Hendro, yang juga sudah berteman baik dengan saya, masih belum bisa memberikan janji temu antara saya dengan si pelaku dengan alasan kejiwaan pelaku yang masih terguncang. Saya memutuskan untuk menunggu saja di Mabes sambil merokok.<br />
Satu setengah jam berlalu. Saya mulai bosan. Saya putuskan untuk pergi dulu, meninggalkan pesan untuk Hendro untuk memberikan saya waktu wawancana dengan pelaku tersebut. Kalau tidak secepatnya, Pak Panca pasti akan ngamuk-ngamuk lagi. Terserahlah, pikir saya. Kali ini saya tidak akan keduluan sama wartawan majalah mingguan Fokus, dan tabloid-tabloid gosip yang gemar mengorek-ngorek berita apapun tentang dunia entertainment.<br />
<br />
Saya melajukan mobil tua saya menuju Kedai Kopi Hitam.<br />
Pukul 16.00 saya sudah sampai Kedai Kopi. Selesai memesan secangkir kopi hitam dan red velvet cake, saya mulai mengeluarkan buku catatan saya. Ini hari ketujuh gadis itu tidak menampakkan diri di Kedai Kopi. Setiap pagi dan sore, saya setia menungguinya disini. Entah rasa apa yang membuat saya mampu telaten memberikan waktu saya untuknya. Belum lagi ketika sedang dikejar-kejar berita, dikejar-kejar keluarga, saya akan dengan gilanya tetap berada di Kedai ini.<br />
<br />
Dan gadis itu tetap belum juga menampakkan dirinya. Saya mulai gelisah dan khawatir dengannya.<br />
<br />
Kendaraan berlalu-lalang tanpa jeda. Terasa sangat paradoks dengan saya yang sedari tadi diam saja di tempat ini. Saya mulai memikirkan kejiwaan saya sendiri. Saya begitu terobsesi dengan gadis itu, gadis yang baru tiga kali bertemu dengan saya di Kedai Kopi ini. berbagai spekulasi mulai menggentayangi saya. Bisa saja gadis itu pindah kedai. Bisa saja gadis itu pindah kantor, pindah rumah, pindah tempat nongkrong, atau gadis itu benci sama saya. Bisa saja. Semuanya bisa saja.<br />
<br />
*<br />
<br />
Saya memutuskan untuk berjalan-jalan keluar kedai. Debu-debu sore hari mulai berterbangan. Gerak roda kendaraan roda empat dan roda dua beradu dengan aspal panas di depan kedai. Saya memutuskan berjalan-jalan di dalam kompleks perumahan di dekat kedai. Sejujurnya saya tidak tahu kemana harus berjalan. Kehilangan gadis itu seerti kehilangan jiwa saya. Saya mulai berpikir tentang chemistry yang tidak mungkin terjadi antara saya dengan gadis itu. Saya mulai kehilangan diri saya. Mungkin gadis itu memang benar-benar seorang soul eater. Saya mulai kecanduan dengan kehadirannya. Entah mengapa, entah.<br />
<br />
Di depan saya ada taman lingkungan yang ramai dengan anak-anak bermain sore. Gerobak-gerobak yang menjual berbagai macam makanan ikut memeriahkan suasana. Saya berjalan mengitari taman, mencari bangku untuk duduk. Tempat ini sungguh nyaman dan damai. Saya bisa saja duduk disini seharian. Daun-daun pohon mangga berguguran menghujani saya. Kubuka kembali buku caatanku, seolah ingin menuliskan sesuatu di dalamnya. Perasaan yang membuncah hingga detik ini ingin saya tuangkan ke dalam catatan pribadi saya. Tapi pena saya seakan tidak mau bergerak. Pena saya mati. Tidak ada yang bisa saya tuliskan dalam buku catatan saya kecuali kata rindu yang menggebu. Entah bagaimana bisa rindu ini menjelma menjadi berbagai rasa yang tidak manusia mengerti.<br />
Tidak satu katapun saya tulis dalam buku catatan saya. Tangan saya terasa kelu. Kelu hingga senja datang membuat semua warna memudar dalam oranye yang indah dan magis. Kabag Hendro belum juga menghubungi saya. Gadis itu belum juga memunculkan diri. Dan Tuhan masih bersembunyi dalam indahnya dunia yang membuat saya sakit hati melihatnya. Hidup saya ingin terhenti saat itu juga.</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-19518137834065348532015-01-26T23:13:00.002-08:002015-01-26T23:13:49.640-08:00Sebagai Muara Doa, Itu Saja<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku tidak mungkin menceritakan pada Arkana apa yang telah aku alami
semalam. Selain aku masih belum percaya padanya, aku belum bisa menyebut
dia teman. Kami baru beberapa hari bertemu, kemudian mengobrol, itu
saja.<br />
<br />
Atau sejujurnya, aku tidak pernah punya teman.<br />
<br />
Hari
ini aku memutuskan tidak ingin bertemu dengannya. Aku tidak ingin
menggantungkan soreku yang indah padanya. Aku sedang ingin sendiri
menikmati hariku, seperti biasanya. Maka aku membeli sebungkus takoyaki,
dan memakannya sore itu di bangku taman kompleks rumahku sebelum
belanja bahan makanan untuk kumasak malam ini. Tidak ada yang (mau)
mengurus Ayah dan adikku di rumah selain aku. Aku tidak pernah menyebut
itu sebuah keharusan atau beban moral apapun. Mereka keluargaku, meski
aku yang harus jadi kepala keluaarga. Aku menyebut ini adalah bagian
dari hidupku. Hidup yang secara wajar sedang kujalani, bukan sebuah
keharusan untuk kujalani.<br />
<br />
Hidupku kembali normal, tanpa intervensi orang lain seperti Arkana.<br />
Aku
berangkat kerja, aku pulang ke rumah, aku memasak, aku tidur, bangun
pagi, dan kembali bekerja. Begitu seterusnya. Tuhan Maha Baik, aku
menemukan kedamaian dalam ketenangan sungai kecil hidupku yang tanpa
riak.<br />
<br />
"Halo,"sapa seorang anak kecil ketika aku sedang menikmati takoyakiku sendirian di bangku taman.<br />
'Halo, Adik," balasku. <br />
"Kenapa kamu sendirian? Mau main sama aku?" tanyanya. Aku memandangnya, dan menggeleng pelan.<br />
"Caca!
Sini Nak, jangan jauh-jauh dari Mama!" seorang wanita muda menggendong
gadis cilik itu dan melotot ke arahku dengan pandangan yang tidak bisa
kudefinisikan maknanya. Aku tidak merasa terganggu. Aku sering mendapat
pandangan mata seperti itu.<br />
<br />
Manusia sangat suka memandang manusia lain. Manusia sangat suka memberi label kepada manusia lain.<br />
"Kamu bau!"<br />
"Kamu nakal!"<br />
"Kamu jahat!"<br />
"Kamu pembohong!"<br />
Begitulah.
Aku tidak tahu, apa yang membuat manusia-manusia itu berhak memberi
label kepada manusia lainnya. Aku sendiri merasa tidak berhak memberi
label kepada hidupku sendiri. Aku membiarkan hidupku seperti ini, karena
aku yakin, Tuhan pun tidak ingin aku memberikan label apapun pada
hidupku. Hidupku milik Tuhan. Label bisa memberi aura negatif maupun
positif untuknya. Sekali lagi, manusia memang sok tahu. Dengan asumsi
subyektifnya, manusia bisa seenak jidat mencela maupun memuji orang
berdasarkan seleranya. Sunguh dewata!<br />
<br />
Aku membuka buku
yang kubawa hari ini. Aku senang berkawan dengan buku. Aku senang pernah
menjadi anak kecil yang mengendap-endap masuk ke kamar Kakek dan
menemukan surga di dalamnya. Aku betah berada di kamar Kakek seharian.
Sejak kecil, aku suka menyendiri, menjadi filsuf kecil untuk diriku
sendiri. Membaca buku dari selesai mandi pagi, hingga selepas Maghrib.
Kakek sangat menyayangiku. Maka ketika beliau tiada, beliau mewariskan
kamarnya yang penuh dengan buku-bukunya untukku.<br />
Kakek juga dulu sering dihujat orang. Mereka menyebut kakek anggota komunis PKI.<br />
<br />
Banyak
kesesatan pikir di luar sana. Mungkin sebaiknya aku tidak pernah keluar
saja. Aku akan nyaman berada dalam lingkaranku sendiri. Aku akan nyaman
dengan dunia yang kuciptakan sendiri.<br />
<br />
*<br />
<br />
Saya
tidak bertemu dengan gadis itu lagi. Entah mengapa serasa ada yang
kurang tanpa kehadirannya. Gadis itu seperti oase yang memberikan
kesegaran dalam hidup saya yang telah lama redup. Gairah saya
meletup-letup setiap bertemu dengannya. Bahkan hanya dengan melihatnya
diam, semangat saya untuk terus hidup seolah bertumbuh. Saya tahu, dia
bukan nabi, juga bukan malaikat. Dia bisa saja iblis. Atau bisa saja
pelacur. Siapa yang tahu? Saya hanya tahu bahwa namanya Dre. Itu saja.<br />
<br />
Gadis
itu bisa saja sedang berada dimana saja yang dia inginkan. Tapi saya
akan selalu berada di kedai kopi kecil ini untuknya. Banyak sekali hal
yang ingin saya tanyakan padanya. Tapi entah mengapa, rasa ingin tahu
itu kemudian berubah menjadi rasa ingin mendengar setiap kali kami
bertemu. Ya, meskipun dia jarang sekali berbicara, seakan takut menjadi
bagian dari masyarakat yang gemar berbicara.<br />
<br />
Dre. Dre
tidak menampakkan diri dua hari berturut-turut ini. Saya menjadi semakin
mirip dengannya akhir-akhir ini: duduk sendirian di kedai, menikmati
masa menunggu. Cemas, tentu saja. Tapi nikmat. Menunggu tidak
semenyakitkan apa yang dikatakan orang-orang. Saya hanya harus mengisi
ulang cangkir kopi saya.<br />
<br />
Atau mungkin memang jalan
hidup kami ditakdirkan untuk berpapasan beberapa saat saja. Sesaat yang
cukup bagi kami untuk bertukar nama. Setidaknya saya sudah tahu, kemana
doa-doa saya akan menuju ketika sedang sangat merindukannya. Dre. Dre,
gadis yang akan mendapat doa dari saya.<br />
<br /></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-78632895071180470662015-01-20T23:37:00.001-08:002015-01-28T19:41:01.850-08:00Neither Today Nor Tomorrow<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Do you remember the day after the short message you sent me 3 days ago? Your message said that you want to leave, to be just friend with me. I vaguely replied "yes" along with bloody tearing eyes. We couldn't just broke up after the times we shared together only by message. I need to be sure.<br />
I need you to make sure that you would leave me properly.<br />
<br />
Because i welcomed you properly.<br />
<br />
Three days after the sorrowful day, i did sleepover to my friend's house. I told her what i felt, still with tearing eyes. I felt like i couldn't hold the pain any longer. I loved him. I loved him, i told her. She flattered my arms and said, "everything's gonna be okay. You just need some scoops of ice cream and chocolate bars."<br />
"I need him," i replied.<br />
"You think you need him."<br />
<br />
I fell silent and was glued in front of the television, watched bleary-eyed to the LCD and the memories suddenly crushed everything. The laughter, the loves, the longings. I couldn't take them anymore. I immersed my face into my bent feet, and i felt the warmth. i couldn't leave him, i couldn't let him go.<br />
"You okay?" my friend asked me. I glance at her and immersed my head back. I sobbed and my body shivered.<br />
<br />
I hear the ringtones of my phone, the certainty tones. I knew that tones! The tones for him. His tones!<br />
I quickly pressed the answer button, and said slowly, "hallo..."<br />
"Hai..." he replied. I was disappointed at that time and i couldn't think.<br />
"You okay?" he asked me. I hate it when people ask me if i am okay or not while they know i am not.<br />
"You know i am not," i answered.<br />
"I am sorry for the text, i should haven't done that to you."<br />
"You know i am lost for words." damn my education! I couldn't find a word to say, i picked part of Oasis's lyric to depicted my situation here.<br />
"I still love you..." i do, i do love you too! Still! But then why... i really wanted to ask you that why question. But my throat seemed to choke.<br />
All he could hear next was my sobs. He clammed up, i did either.<br />
"This love will hurt you more. I can't let you get hurt more than this," he continued.<br />
"But..." but i liked this way! I liked to be with you, now or tomorrow.<br />
"But the more i'm with you, the more i'll hurt you," he convinced me.<br />
"Either now, or later," he continued.<br />
"Or neither today nor tomorrow?" i asked.<br />
Moment of silence. We both were silent.<br />
"This is the right time to say goodbye," he said.<br />
"So, this is the end?"<br />
"I know, it's hard for you. But you are really welcome to me, and that makes me nobody but the dust who can't find a proper exit-line. I am sorry."<br />
"There's no such thing like proper exit-line."<br />
"I wish you all the best. Goodbye, Sweetheat."<br />
I fell silent on the kitchen floor. I was dead.<br />
<br />
<br />
Jogja, January 21st 2015.<br />
--just completing the draft, and posting it.<br />
<br />
<br />
<br /></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-29928471699461875362015-01-20T23:19:00.002-08:002015-01-20T23:19:18.889-08:00Gadis yang Menyimpan Rahasia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sore itu saya kembali berbincang dengan gadis penyendiri itu. Entah mengapa saya selalu merasa puas setiap kali selesai mengobrol dengannya. Rasa puas yang berbeda dengan ketika saya berhasil menaklukkan hati gadis-gadis lain di luar sana. Lagipula, setiap kali harus mengobrol dengan gadis itu, saya selalu merasa harus menyiapkan diri. Seperti pagi itu, rasanya ingin sekali menyapanya saat kedua mata kami berpapasan melalui jendela kedai. Tetapi saya merasa tidak siap, maka saya berbelok. Lagipula saya memang harus memberi makan Shure. Tadi pagi saya lupa belum menyiapkannya sarapan.<br />
<br />
Saya semakin tertarik padanya ketika dia sering berkelit mengenai dirinya. Namanya Dre. Atau begitulah dia bisa saya panggil. Saya tahu, dalam dirinya selalu ada keinginan untuk membicarakan buku-buku yang pernah dia baca, buku-buku yang bertumpuk di lantai kamarnya, yang tidak mampu lagi ditampung oleh rak bukunya. Tapi ada rem dalam mulutnya yang menyaring semua ingin-ingin itu. Saya paham, saya hanya ingin berusaha mengerti dirinya.<br />
<br />
Dan saya tidak boleh mendapat nomor ponselnya. Mungkin gadis itu tidak punya ponsel? Entah mengapa membayangkan hal itu membuat saya bergairah. Gadis dengan buku di tangannya, dengan rambut lurus tergerai dan tidak punya ponsel.<br />
<br />
Lamunan-lamunan saya terputus ketika menyadari bahwa gadis itu benar-benar beranjak pergi. Kami setuju untuk bertemu kembali esok pagi. Saya memperhatikan punggung gadis itu. ketika ia berbelok, kudapati ia sedang mengambil beberapa batang cokelat dari tasnya, dan meletakkannya begitu saja di atas trotoar bagian dalam. Kemudian ia berlalu.<br />
<br />
Apa yang gadis itu lakukan?<br />
<br />
Tak lama kemudian ada pengemis datang bersama anaknya yang masih kecil. Mereka berhenti di pertigaan itu sebentar, kemudian mengambil cokelat yang gadis itu letakkan. Ada bias kegembiraan dari mata anak pengemis itu. Saya bengong melihatnya. apa yang sebenarnya gadis itu lakukan? Memberi cokelat kepada pengemis? Mengapa harus dengan cara seperti itu? Saya harus bertanya besok pagi!<br />
<br />
*<br />
<br />
"Selamat pagi, Dre," sapa saya dengan hangat.<br />
"Selamat pagi, Arkana," jawabnya datar. Wajah Dre lebam. Sekitar matanya biru lebam, dan ada luka di pinggir bibirnya.<br />
"Dre, kamu baik-baik saja?" tanya saya, khawatir.<br />
"Aku baik-baik saja, tidak usah khawatir."<br />
"Kamu akan berangkat ke kantor dengan wajah lebam begitu?"<br />
Dre mendongak.<br />
"Apa kamu juga akan jadi orang yang melulu memperhatikan penampilan?"<br />
"Maksud kamu?"<br />
"Memperhatikan luaran, penampilan. Mempermasalahkan penampilan luar seseorang?"<br />
"Bukan maksud saya, Dre. Saya hanya khawatir sama kamu."<br />
"Sekarang siapa kamu khawatir sama aku?"<br />
Kenapa Dre sangat ofensif seperti itu?<br />
"Dre, maafkan saya. Saya memang bukan siapa-siapa kamu."<br />
"Lebih baik kita segera memesan sarapan dan berangkat ke kantor masing-masing."<br />
Dre menyudahi pembicaraan kami. Kami menghabiskan setengah jam waktu sarapan kami dalam diam. Bahkan saya lupa menanyakan apa yang dia lakukan kemarin sore di pertigaan itu. Saya lupa. Pikiran saya penuh dengan lebam dan luka di wajah Dre. Tapi Dre tidak menjawab apapun yang tertanyakan oleh kepala saya. Drea hanya diam. Dre menyimpan rahasia.</div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-52960594548438412832015-01-20T00:41:00.001-08:002015-01-20T00:41:25.084-08:00Sore yang Indah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Seharian di kantor aku memikirkan lelaki itu terus. Aku yakin, dia melihatku. Tapi mengapa dia berbelok pergi tanpa menegurku sama sekali? Berbagai spekulasi berlarian dalam kepalaku. Kemungkinan-kemungkinan yang mendasari sikapnya pagi ini. Tapi kemudian aku berusaha berhenti memikirkannya. Toh siapalah aku. Bahkan aku tidak juga tahu namanya. Pun demikian dengan dirinya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sore harinya aku memutuskan pulang kantor <i>tenggo</i>. Iya, istilah untuk pulang tepat waktu. Aku berjalan menuju halte bus dan menyetop jalur bus menuju rumahku. Aku terlalu lelah untuk mampir-mampir. Aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah dan istirahat.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tapi aku tergoda untuk berbelok di kedai kopi. Kedai yang terletak tiga blok dari rumahku itu seolah memanggilku untuk mampir dan duduk untuk sekedar minum kopi atau membaca. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku pun berbelok.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Duduk di tempat biasa dekat dengan jendela kedai, aku memesan secangkir kopi decaf. Aku sudah terlalu banyak minum kopi seharian ini. tidak baik terus-terusan ditempa kafein sampai bercangkir-cangkir. Kecuali kalau sedang lembur.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sepertinya Tuhan mendengar harapanku. Seseorang menjawil pundakku dengan lembut. Lelaki itu menatapku sambil tersenyum.<br />"Maaf, tadi aku sedang buru-buru, aku harus memberi makan kucingku yang lupa kuberi makan sebelum berangkat kerja tadi pagi," jelasnya tanpa kuminta.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu pagi-pagi lari-lari nyari makan kucing?" tanyaku.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku sudah sampai kantor, kemudian ditelepon pembantuku dirumah, katanya Shure belum ada yang ngasih makan."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kini aku tahu, lelaki ini penyayang. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku lari nyetop metromini dan pulang untuk ngasih makan Shure."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu baik sekali. Padahal dia hanya seekor kucing."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Seekor kucing itu tetap punya nyawa. Dan punya nama. Seperti kamu, punya nyawa dan punya nama, tentu saja kan?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Tentu saja."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Jadi siapa namamu?" aih, lelaki ini bisa saja mengajakku kenalan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu bisa panggil aku Dre."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Dre, jadi kamu pelanggan kedai kopi ini?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku hanya orang kesepian. Kedai ini cocok untuk orang-orang kesepian. Coba kamu lihat cat cokelat pucat itu, kursi-kursi kayu yang suram, ruangan yang dingin, dan pelayan yang tidak banyak bicara."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu hanya terbawa perasaanmu saja. Ceritakan padaku tentang dirimu. Mengapa kamu sangat pendiam?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kata siapa aku pendiam? Buktinya aku banyak bicara begini."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu suka kopi?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Iya."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ada jeda diantara kita. Aku diam menyesap kopi, dan dia diam memperhatikan aku.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Mengapa kamu menyukai kediaman?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Mengapa aku harus menyukai sosial?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kami kembali diam. Aku hanyut dalam imajinasi pikiranku sendiri. Dan dia hanyut dalam daftar pertanyaan yang mungkin akan dia tanyakan padaku. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Namamu siapa?" aku yang bertanya duluan.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Arkana. Bisa panggil aku Arkana," jawabnya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Tentu saja, masak namamu Arkana kemudian aku panggil kamu Budi atau Bejo?" tanyaku lagi.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dia terkekeh.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ternyata kamu lucu."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Bisa saja kamu bilang aku lucu sekarang, besok bisa saja kamu bilang aku pemarah."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Oh ya? Coba buktikan kalau kamu pemarah."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu suka mengambil keputusan dari analisis dangkal ya, rupanya?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu suka baca buku?" tanyanya. Rupanya ego lelakinya menolak untuk memberi waktu untuk diskusi tentang analisis dangkal itu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu bertanya aku suka baca buku karena aku selalu membawa buku ke kedai, bukan?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ya, tentu saja. Ceritakan padaku, buku apa saja yang kamu punya."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu mau menarik kesimpulan tentang diriku dari genre buku yang aku baca?" aku berkelit.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Sudah pernah baca Nietszche?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Tuhan telah mati."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu jenius!"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Orang tidak bisa dibilang jenius hanya gara-gara selesai membeca buku Nietszche, Arkana."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Baiklah, bagaimana dengan Paulo Coelho?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku sudah kenyang dengan buku Paulo Coelho. Aku tidak menantikan buku terbarunya. Dia berubah. Seperti orang-orang, tradisi atau kultur pada masa Nietszche bilang bahwa Tuhan telah mati."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Pernah baca The Alchemist dong pasti?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Tentu."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ceritakan padaku, apa yang The Alchemist ajarkan?"</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Arkana, membaca buku itu sama seperti menyesap kopi. Impresinya untuk setiap orang berbeda-beda. Aku harap kamu mau menikmati sendiri bukumu, karena membaca sama seperti menyesap kopi."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Arkana menatapku diam. Aku juga diam-diam menatap matanya. Bola matanya cokelat tua, bulu matanya panjang dan lentik.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Aku harus pulang, Arkana," aku memotong hening yang panjang ini.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Besok pagi bertemu lagi, disini?" tanyanya setengah memohon.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Atau boleh aku minta nomor ponselmu?" lanjutnya. Aku menggeleng sambil tersenyum.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Bertemu lagi boleh, nomor ponsel tidak boleh. Aku pulang dulu, selamat sore, Arkana."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku tidak percaya, aku membuat janji dengan lelaki itu. Perasaanku dipenuhi ketidakpastian dan ketakutan-ketakutan yang tidak perlu ada. Bagaimana bila pada akhirnya dia menyakitiku seperti orang-orang lain yang sudah-sudah?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku berhenti pada pertigaan, mengambil beberapa cokelat dari dalam tasku. Kutaruh cokelat itu di pinggir trotoar sebelah dalam, kemudian meneruskan perjalananku ke rumah. Sore itu indah.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-77846640705909878862015-01-16T00:46:00.000-08:002015-01-16T00:47:17.605-08:00Lelaki yang Berbelok<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Lelaki itu orang yang baik. Aku tahu dari cara dia menatap saya. Sikapnya seolah berbicara dengan santun, mengajak saya untuk berteman. Aku tidak tahu, hingga saat ini aku masih belum bisa membuka diriku dengan siapapun.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Seusai pertemuan di kedai kopi tadi pagi, aku hanya bisa duduk termangu di dalam kamarku seharian ini. Entah bagaimana bisa, kepalaku dipusingkan oleh berbagai macam hal yang aku sendiri tidak tahu apa saja. Terngiang kembali pertanyaan lelaki itu, apakah aku baik-baik saja? Tidak ada yang baik-baik saja di dunia ini, aku selalu meyakini hal itu. Yang aku tahu, manusia adalah agen penghancur yang maha dahsyat. Dan mereka akan saling menghancurkan hingga keberadaan dunia berakhir.<br /><br />Hujan mulai mengguyur bumi. Aku masih termangu di samping jendela kamarku, memandang rintiknya yang mulai menderas. Apa yang salah pada diriku? Apa yang salah pada orang-orang? Kenapa aku menyukai segala hal yang sepi dan sendiri?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku pernah bertanya-tanya, akan menjadi apa aku nanti Enggan membuka diri lagi hanya karena satu hal fatal yang membuatku menutup rapat-rapat diriku sendiri? Mungkin mereka bilang omong kosong! Semua orang berlomba-lomba untuk pamer, semua orang berlomba-lomba menampakkan dirinya sendiri, tapi mengapa aku tidak ingin? Mengapa aku justru ingin orang-orang tidak mengenalku saja? Apa pentingnya hidup di dunia jika hanya mengedepankan eksistensi tanpa bisa berbuat banyak untuk yang lain? Bukankah itu namanya egois? Bukankah itu namanya mementingkan diri sendiri? Ah sudahlah, mungkin aku mulai lelah. Aku ingin tidur.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">*</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pagi itu aku sudah besiap berangkat bekerja. Sebelumnya, aku ingin sarapan dulu di kedai kopi langgananku itu. Aku tidak tahu, apakah lelaki itu akan ada disana lagi atau tidak. Aku hanya ingin sarapan kopi hitam dan telur setengah matang.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">*</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Suasana kedai masih lengang. Aroma kopi menusuk indra penciumanku dan membangkitkan rasa laparku. Kali ini aku membawa buku Seno Gumira Ajidarma untuk menemaniku sarapan. Aku duduk di bangku paling ujung, dekat dengan tembok dan jendela kedai, menghadap jalanan. Diam-diam aku mulai menghitung jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di depanku. Tiba-tiba aku melihat lelaki itu, tepat di depanku. Berdiri di seberang jalan, dengan sepasang matanya yang menatapku dalam-dalam. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i>Syukurlah...</i></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Entah apa yang kupikirkan, tapi kehadiran lelaki itu membuatku sedikit lebih tenang. Mungkin hari ini aku harus mulai membiasakan diri dengan kehadiran lelaki itu. Mungkin sejak hari ini aku akan mendapat teman berbicara. Lelaki itu berjalan menyeberangi jalan. Kemudian berbelok... menjauh dari kedai. Ada apa?</span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-5818608562460065862015-01-13T21:42:00.002-08:002015-01-13T21:42:25.808-08:00Mata yang Berkaca-Kaca<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Saya melihat gadis itu lagi pagi ini. Masih sama dengan dirinya yang kemarin. Rambutnya masih tergerai tanpa hiasan apapun. Bajunya masih sederhana, berwarna krem dengan celana jeans yang sama seperti yang dia kenakan kemarin.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dan dia masih sendirian.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Memesan kopi hitam kesukaannya dan mulai duduk menyendiri. Saya tahu, beberapa meja dari tempat dia duduk, ada beberapa orang temannya. Mereka selalu bercanda dengan suara yang keras, membicarakan hal-hal lucu dan tertawa-tawa riang. Tapi gadis itu hanya diam dan sibuk dengan buku yang dibawanya. Iya, dia membawa sebuah buku. Gadis itu selalu tenggelam di dalamnya. Kadang dia lupa untuk menyeruput kopinya hingga kopinya berubah dingin. Saya selalu penasaran dengan apa yang gadis itu pikirkan. Saya penasaran dengan dunianya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Suasanya kedai kopi pagi ini cukup lengang. Hanya ada gadis itu, dan tak lama kemudian datanglah rombongan teman-temannya yang akan duduk bergerombol, membicarakan apa saja. Saya heran, kenapa gadis itu tidak bergabung saja dengan teman-temannya itu. Mereka hanya akan saling melempar senyum dan membalas sapaan dengan seperlunya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Hidup memang harus seperlunya," kudengar dia berkata.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kenapa kamu tidak bergabung dengan mereka?' tanya saya memberanikan diri bertanya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Salah satu dari perempuan disana membenciku. Aku tidak mau menghancurkan kegembiraannya dengan kehadiranku." Gadis itu tersenyum. Saya tidak paham dengan pola pikir gadis itu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Mengapa?" tanya saya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Karena saya terbiasa bersenang-senang sendiri."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Saya tidak mengerti mengapa dia bisa bersenang-senang sendiri.<br />"Tapi kamu terlihat kesepian," ujar saya. Gadis itu terdiam. Memandang kopinya seakan itu adalah satu-satunya obyek pandang yang ada di ruangan ini.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Saya baik-baik saja," jawabnya sambl tersenyum.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu boleh cerita sama saya jika ingin. Saya tahu, perasaanmu sedang tidak baik-baik saja."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Gadis itu terdiam lagi. Kemudian tersenyum kecil.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Saya baik-baik saja, terima kasih."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Ayolah..."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Saya tidak terbiasa membebani orang lain dengan masalah saya. Saya terbiasa sendiri menghadapi sesuatu."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Kamu butuh teman berbagi."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"Saya butuh teman dengan empati. Terima kasih. Saya memang suka begini, sendiri, tidak menyakiti orang lain, tidak membicarakan orang lain, tidak menjadi beban orang lain."</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Gadis itu berdiri dan mulai melangkah pergi. Ada rasa sesak yang muncul dalam diri saya. Saya belum pernah bertemu gadis seperti itu, dan mungkin saya tidak akan pernah lagi bertemu dengannya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sekilas sempat saya lihat wajahnya terlihat sedih. Dalam matanya tersimpan kesepian yang tidak berdasar. Entahlah, entahlah. Mata itu berkaca-kaca. Mata itu menyimpan air mata.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-46362402205516813092014-07-16T01:41:00.001-07:002014-07-16T01:42:23.051-07:00The Little Story Of The Past<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hi, long time no see! </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I had lost my willingness to write a new article these lately months (actually, it's almost a half year, :p). But all in sudden, i want to write again. I come back.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">There's a hot issue in my head, it's not about copras capres, though it really steals my sanity. I want to write about random things out there.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">First, i should thank my Father for being a real hero for me. Someone said, "father is daughter's first love", and i used to believe it. Since i was 4, my mother taught me how to read. Every night before i fall asleep. In sum, i could read at age 5. Since that, my father always bought newspaper every morning. He subscribed it. Initially, i didn't care about the newspaper, all i wanted to read was Bobo Magazines or other same genres of magazines. But when i was in primary school, i started to read one of that newspaper. The newspaper was Jawa Pos. So i had known about Dahlan Iskan years years back.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">In fine, i was addicted to reading newspaper. And my father kept subscribing it. It shaped me as a nerd, sok-tahu, and book craver until i was in senior high school. I started to know what my friends didn't know. When i was 14, i felt so hungry. I want to read all the books in the world. But, lived in a small city limited me. There was only one bookstore in Magelang, and the book's price was so expensive. I didn't have enough money to buy books to relieve my craving. So, i started to borrow books from friends. From friend to another friend, from class to another class. The cycle kept like that from the first grade until the last grade of high-school. Oh yes, and while reading books, i tried to write also. Hahaha... sometimes it feels so good remembering that my text-book, with my handwriting inside it, be read by my friends. And it feels so great that they demand for more. "Nda, yang kemarin lanjutannya gimana? Mau dilanjutin kapan?".</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">No, i am not kinda smart ass in school. Hahaha i just lived my dreams, my passion.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">In senior high school, i started to think about politics also. And my Father was the best partner to talk to. I was really grown by the environment around me. They really shaped me. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I don't know why i want to write this story down. I want to make sure myself, that once in my life, i had a really dream life. If someone asked me someday, how i could be like who i am today, then the answer could be the sentences above.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">My life had crisis also. Last year, was the most stressful time in my life. I want to tell everyone why, but then i decided to keep all of them in my heart and head. It was enough. I want to open the new page of my life. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">One day, i want my children to love books like i do. Children who read have more insights in their head. Though my boyfriend will debate it, i will keep that state in my mind. Reading books won't make you smarter (in a short way), but sure it help you absorb whatever from the environment around you. The emotions, the news, people's emotions, the changes, everything. Books will teach you how to live. How to enjoy the sadness. How to enjoy being under pressured. How to be fine with unhappy ending. And how to find a perk of being a wallflower, enjoy of being really you.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"> </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Happy reading, kids.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">P.S: My nephew starts to crave books, everytime he sees me, he would yell, "Tante, bawain aku buku ndak?"</span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-45028545308996596492014-01-20T20:45:00.002-08:002014-01-20T21:03:10.787-08:00Random Things<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">So well, new year is comiiing!</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Yaaiy i should be happy even though i don't know why i should be happy hahaha</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">But i wanna be pretty, so i should be happy. You know, the analogy between pretty and happy.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Okay forget it, i will directly jump to the main topic.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">What is that? Oh nah, nothing, actually. You people can stahp me now (yes, with that british accent).</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I know that i have a quirky interest of psychology so that i read randomly about psychology. Yeah it's so random that i can construct them structured in my mind. I am just knowledgeable in a short time, in a blink of an eye, because you know i read that i read this, open that tab and open another tab, and i HAVE a serious disorder attacking my mind, yes, short term memory loss. *<i>please if you want to applause for this shit, you can stay sitting, standing applause isn't needed here</i>*</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Last night i was extremely breakdown for my stupidity. Once i have been tested for an IQ. FYI, i don't believe in the scale of IQ of people. I've been tested, and i got the result that my IQ was embarrassing me. Not that low, but i thought that was LOW. It seemed like i have my own standard of intelligence and i was ashamed with the rest.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">What was happening on earth now?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">People can be smart as they wand and IF they want.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">As simple as that. It's all about the trait. How far the traits affects the intelligence? </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Blah.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Can high IQ guarantee people to be good?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I once read a quote, it said that it is so horrible that around us there's a smartie who has no confidence, but there are a bunch of dumb people who have confidence more than what they need. Horrible. HORRIBLE.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I do agree with Nelson Mandela that said: education is the most powerful weapon which you can use to change the world.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">But it doesn't mean that educated person does also have educated behavior. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">So it can be my excuse. Bahahahak.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">An excuse to stay being dumb? Come on, you don't get my point.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dear friends, education is in everywhere. In every single place we visit. In every single sight we glimpse. So there's no reason for us to stop learning. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">But all in all, i want to warn you, that educated person does also have educated behavior. I warn you. I WARN YOU. </span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6181858966864813335.post-8155442289338095742014-01-07T23:07:00.003-08:002014-01-07T23:33:14.539-08:00Keep My Soul Intact<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Life is not a joke.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Remember the old proverb, you are a winning sperm that reached an ovum. You are good, at least.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Last night i got my eyes teary all over again. Discriminative does really exist. Not about your tribe, nor religion, it is about, what we call? I dunno, i just don't understand what others may think about me.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Life is not a joke, what the hell is happening, i still have a willing to live the life by my own way, being my self, truly. It is possible that there's another person dislike you. And you don't have the right to control them. You better control your own mind. Be grateful, and be good of you.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Some say that you were not put on this earth to please everybody. That sentence is not entirely wrong, nor right. The fact is, you can't please others while you're not pleased. Are you happy enough? What's the definition of happiness? What matters is, that you used to be over-thinking. Or, in this case, me, myself. I do over-thinking over things. Or people. That's why, over-thinking kills is really true.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">We don't have the right to control others, then why we should think of what they may think about us?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Life is not a joke. But it's funny sometimes.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">@Ryudeka said, the first time you grow up is the first time you laugh at yourself. Just thought about it. When was the first time i laughed at myself? At my stupidity?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">People grow up, people grow mature. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I tried so hard to be better day by day. To focused only to myself, and my psyche. Manage my internal mind. But life always has two sides. One-sided life of me wasn't enough. Sometimes i fall. Sometimes i wake up. Sometimes when i fall i need a shoulder to cry on, or sometimes i just need a couple of ears to listen to me.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">The translation of "think others first" into "think yourself first" is not that easy. I used to think of others first, and forget to think myself, nor what i feel. I ignored myself. The happiness inside. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Read so many articles about how to be happy, how to be jolly, how to kill the pain. Not a waste of time, but sometimes, everything starts from my own self.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Be good, be good to others. Expect less, do more. Hope zero. Zero? It is like, be good to others, but never expect their replies. @Justsilly once said, feeling good by doing good. Good is not God, by the way. But God must be beyond good. I felt it this morning. This morning, i was so gloomy. I was searching of what i want, and what i should do. I used to live in a peace environment, i used to live in a stable environment. Then suddenly i entered the real world. I shud be tougher than ever. I shud be more mature, and i shud pass through all the storms that may come. While, i shud stay happy to keep my sanity intact. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ah yes, talk is cheap :D</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">This morning, i went to the repairman bag. My bag was damaged, so i wanted to fix it. Then yes, i waited my bag to be repaired and still thinking what should i do next. I was so desperate last night, i lost for words, my heart was really hurt, and i kept the pain for a long time. That was not easy. NOT EASY. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I just wanna feel free, free for being myself, free of what what people comment about my self and my life. Anybody always anything to say. So, yeah.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">After my bag being repaired...</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Me : berapa Bu?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">She: kersane pun pinten Mbak.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Me : biasanipun pinten Buk?</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">She: nggih kalih ewu mawon.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Me : *ngasih limaribuan* itu aja semua ndapapa Buk.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">She: Wah, jangan Mbak, sebentar saya carikan kembaliannya dulu ya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Me : Ndapapa Buk, ndapapa, kembaliannya bawa aja buat Ibu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">She: Wah maap Mbak, belum ada uang kecil hari ini.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Me : Iya, sudah ndapapa Bu. Rejeki Ibu.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">She: Kalo gitu, tali yang satunya saya kencengin sekalian aja ya.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Got more! Feeling good by doing good, checked. Got more by doing good, checked. No, i didn't expect that bonus, i just looked for sobriety. The sentence: feeling good by doing good. </span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">It is how i treat people, not how they react about my treatment. That's totally their own rights, out of my control.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ciao.</span></div>
N.H Indahttp://www.blogger.com/profile/18262498401654254741noreply@blogger.com0