Oktober 10, 2017

Nothing Stays The Same, and That's The Challenge

Cheerstraw!! :)
Hai, long time no see. Liat update terakhir blogspot, kok udah tahun lalu, dan seketika aku merasa tidak berguna. Terus, siapa suruh punya dua blog, sih, Nda! Kemudian hari ini aku kepikiran sesuatu, tentang blogku yang ini. Ini blog tertuaku, sudah banyak post yang aku publish disini dan sejak tahun 2015, sudah aku putuskan kalau blog yang ini hanya akan menjadi tempat publikasi karya fiksiku. Ya, memang aku bukan penulis tenar. Tapi setidaknya, aku penulis, kan, karena aku menulis? Lebih dari itu, aku percaya kalau suatu hari waktu akan memberi jalan, jadi selagi bisa berkarya, kenapa tidak terus berkarya?

Sepertinya tulisan kali ini akan mengandung curhat, karena siang ini aku napas tilas tempat-tempat yang dulu udah menjadi lingkungan kedua setelah rumahku. Ya, benar, lingkungan kost. Aku makan siang di warung soto yang dulu sering aku datangi. Aku mengendarai motor menuju Ekologi (biar dikira kekikian, lol!) melewati Pogung Pandega, melewati laundry langgananku yang wanginya merebak membuatku semakin tenggelam dalam nostalgia-nostalgia kecil semasa malas mencuci di kost (baca: emang selalu laundry, bocahnya udah males kalo sama urusan kucek-mengkucek baju cucian lol). Lalu aku sadar sesadar-sadarnya: lingkungan ini memang sudah berubah. Nothing stays the same.

Makin jauh aku semakin banyak berpikir. Berapa lama waktu yang sudah aku lalui sampai sekarang, sampai menjadi aku yang sekarang. Berapa banyak aku sudah bersyukur? Hidup sering menawarkan hal-hal diluar ekspektasi kita, seperti misalnya ketika sudah sampai Ekologi, eh, ternyata penuh. coworking space-nya juga penuh, atas bawah. Jadilah aku keluar lagi dan mencari tempat lain. Dapat, Eastern Kopi TM. Not bad. Not bad at all, karena mau bilang bagus kok menu kopinya cuma dikit banget. Jadilah pesan es teh dan kaya-cheese toast. Agak berlebihan, padahal di menu hanya tertulis roti bakar kaya keju. HAHAHA GOTCHA! 

Sekarang memang ada hal-hal yang membatasi aku, karena aku sudah menjadi Ibu. Suka-duka menjadi ibu aku tuangkan di blog tema parenting yang berbeda dari ini (baca: maretseptember.wordpress.com). Biarkan blog ini selalu menjadi blogku, aku, yang tidak berubah ditempa waktu. Aku yang selalu menjadi si sinis semenjak kuliah, aku yang tidak mudah percaya akan hal-hal yang belum aku cerna, aku yang memang suka mengamati (pemerhati, bukan aktivis) dan lebih suka mendengar ketimbang bicara, aku yang menuangkan apa yang tidak bisa aku ucap melalui tulisan-tulisan seperti ini.

Adalah sebuah hal yang penting, ketika kita punya waktu barang satu jam untuk menjadi diri kita sendiri. Memencet tombol F5 (jadul!) untuk memberikan kita sedikit kelonggaran dalam melepas embel-embel istri, ibu, karyawan, anak, atau apapun yang mempredikatiku. Aku hanya ingin memiliki kebebasan barang satu jam untuk melakukan apa yang aku mau: menulis blog. Kelak kita semua akan tahu, how important this one hour is. Begitulah, manusia kadang juga lelah dengan segala gelar yang disandangnya, meskipun banyak yang memuji betapa mulianya kita telah menjadi ibu, betapa pintarnya kita telah menjadi sarjana, betapa aktifnya kita menjadi karyawan perusahaan swasta, dan lain sebagainya. Tapi selalu ada yang terlupa, bahwa kita juga memerlukan kesendirian untuk menikmati perjalanan bathin kita, mengevaluasi diri kita sebagai seorang individu yang juga berpredikat makhluk asosial. Sendiri menjadi sesuatu yang mewah, karena jarang sekali kita dapatkan. Dan bulan-bulan ini, apalagi. Ugh!

Ada apa dengan bulan-bulan ini? These months, i tellya, are a very tiring month! Semua tidak selalu datang bertubi-tubi, tapi semua datang beriringan, tanpa jeda. Ini, sejujurnya, membuat kewarasanku agak kurang terjaga. Aku sering bengong memikirkan betapa banyak hal-hal yang tidak bisa aku lakukan, atau betapa banyaknya waktu yang terbuang hanya dengan hal-hal nggak penting (aku ingin banting hape saja!). Dulu aku bisa saja menulis sampai larut malam karena tidak ada yang harus diurus siang malam maupun tidak ada yang harus dipersiapkan sebelum pagi menjelang. Tapi sekarang tentu udah berubah, tapi aku hanya akan bilang kalau ini hanya soal ritme yang belum pas saja. Kupikir. Tapi ya... memang semakin dewasa semakin kita menemukan bahwa hobi kita adalah sebuah tempat nyaman dimana kita berharap bisa bersandar padanya seharian, meskkipun pada akhirnya hanya bisa dihitung dalam hitungan menit saja.

Pada akhirnya, tulisan ini hanya berakhir menjadi sesuatu yang nirfaedah. LOL. Jangan lupa menjaga kewarasan, kalian diluar sana!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar