Oktober 17, 2017

Because The Important Things is You, Yourself

Postingan ini disponsori oleh hasil ngelamun sambil menunggu lotek selesai dibuat dan dibungkus. Aku suka sekali melamun, kadang pikiran terbang nggak tahu sampai kemana, nembus aturan-aturan pakem, yang kalo kata orang disebut mimpi. Tapi kadang dari ngelamun itu aku menemukan ide-ide segar yang kalo orang bilang biasa didapat ketika kita lagi boker di kloset. Kalo aku kok beda, ide-ide itu biasa didapat kalau lagi ngelamun atau naik motor. 

Siang ini tadi baca-baca tulisan GKR Hayu yang kuidolakan sebagai feminist itu dan kemudian muncul ide, kenapa nggak bikin website berbasis domain sendiri saja. Bukan buat gaya-gayaan, tapi kalo punya website sendiri yang belakangnya pake .com seru juga yah. Kemudian muncul pertanyaan baru, kalo udah bikin terus bagaimana? Mau diisi apa? Mau diisi curhatan seperti ini apa ya nggak bosen dan kok kesannya nggak migunani liyan ya? Jadi dalam waktu sempit itu diputuskan kalau website masa depanku itu sebaiknya diisi hal-hal yang migunani liyan. 

Selain karena aku suka sekali menulis, aku juga suka sekali berbagi. Banyak hal yang sebenarnya pengen aku lakukan, tapi aku benar-benar sedang mengalami defisit segalanya: ya tenaga, ya waktu, ya uang. Entah bagaimana nanti aku mau set goal-ku yang ini, tapi layak sekali dibikin metode pencapaiannya. Semoga aku nggak malas, ya.

Sementara bikin resolusi untuk tahun 2018, tahun 2017 sendiri masih belum habis. Baiknya sisa 3 bulan ini dihabiskan dengan cara sebaik-baiknya. Baiklah, jadi mari kita bikin poin mini goals yang harus dilakukan selama 3 bulan kedepan.
  1. Mengurangi Bermain di Social Media. Ini gampang-gampang susah. Step pertama yang aku lakukan adalah menerapkan lagi zen living. Buka secmed untuk hore-hore saja boleh, tapi bahas hal-hal yang serius bin sensitif, sebaiknya aku nulis di blog saja. Bukan apa-apa, aku baru saja mengalami hal yang nggak mengenakkan. Dan itu terkait dengan orang terdekatku, jadi baiknya aku tulis di ruang yang bisa berisi penjelasan yang lebih luas daripada status facebook. Ya, lebih detailnya, aku mau puasa facebook dulu selama beberapa hari, atau beberapa minggu, jika diperlukan.
  2. Perbanyak Menulis di Platform-Platform Berbasis Blogspot atau Opini. Ya, seperti ini. Ada hal yang bisa dijelaskan panjang dan lebar untuk meminimalisir kesalahpahaman seperti jika hanya menulis secuil pemikiran di status Facebook, misalnya. Atau yang lebih ekstrem, 140 karakter di Twitter, misalnya. Aku ingin lebih tenang, dan karena itu, aku ingin memperbanyak menulis untuk menampung pemikiran-pemikiran yang sering ngumpul di kepala, tapi enggan kutulis di status-status social media. Dan, aku sendiri suka dengan topik yang sensitif di mata orang lain, seperti politik, agama, dan kesetaraan gender, maka sebaiknya kutulis di platform yang semi tertutup seperti ini. Mengapa semi tertutup? Karena hanya orang yang 'mau membaca' saja yang akan membacanya. Fair and square, right?
  3. Perbanyak Ibadah. Definitely untuk mendukung konsep zen living-ku.
  4. Perbanyak Memberi. Ini cita-cita sejak dulu, maksudnya, aku selalu merasa lebih tentram dan lega ketika bisa berbagi memberi kepada orang lain. Butuh ke-istiqomah-an dalam hal ini, karena kadang rejeki yang kita anggap nyata adalah berupa uang, yang mana pada beberapa bulan ini sedang seret karena suatu hal: gaji kami di kantor tidak secara tepat waktu dibayarkan, pun kantor masih menunggak pembayaran gaji selama beberapa bulan. Hal tersebut menghambat niat untuk memberi, padahal jika dipikir-pikir lagi, kayaknya nggak bakal kekurangan juga kalau hanya untuk memberi sesuatu untuk membuat anak-anak panti asuhan senang, misalnya. Tapi sifat manusia kami memang terlalu sombong.
  5. Perbanyak Membaca. Sebuah cita-cita luhur yang mungkin terlalu tinggi untuk ibu muda macam saya. Membaca sebuah novel yang agak berat saja sekarang butuh waktu berhari-hari, sedangkan membaca Harry Potter yang tebal itu dulu aku bisa selesai dalam waktu 1 x 24 jam. Betapa keterampilan membacaku menurun drastis karena tidak dilatih ini. Bagaimana aku bisa selesai membaca Das Kapital atau Di Bawah Bendera Revolusi kalau ketrampilan membacaku loyo begini? Sedih? Sempat sedih, kemudian bangkit. Ya kenapa sedih, toh sedih juga nggak menyelesaikan masalah. Mendingan bangun terus susun rencana bagaimana mengembalikan apa yang sudah hilang. Terdengar klise, tapi ini bukan pekerjaan Roro Jonggrang yang bisa sehari dua hari selesai, lho. Sekali lagi, butuh istiqomah.
  6. Merawat Diri. To be honest, i feel uncomfortable dalam bentuk tubuh seperti ini. Aku butuh membuang lemak-lemak tubuhku, dan butuh masker wajah untuk membuat wajahku kembali terlihat segar, seperti dulu. Mas Andro bilang aku nggak perlu semua itu, karena aku sudah cantik, versinya dia. Tapi aku ingin merawat tubuh agar lebih sehat (dan cantik atau kinclong itu anggaplah bonus) jiwa dan raga. Bukan hanya itu, merawat badan juga sejalan dengan merawat kesehatan, baik jiwa, maupun raga. Dan itu bukan semata untuk diriku sendiri, tapi jika aku sehat dan segar, Mas Andro dan Adek juga pasti lebih bisa dibahagiakan, bukan? Aku seringnya lupa, bahwa membahagiakan orang lain itu harus dimulai dengan membahagiakan diri sendiri.
After all, ada banyak hal yang ingin aku wujudkan, tapi semua bisa dilakukan satu demi satu. Memisahkan antara yang butuh dengan yang ingin adalah salah satunya. Perbanyak membaca buku bisa dilakukan sejalan dengan perbanyak menulis. Ada banyak sekali buku yang belum sempat aku beli untuk kubedah dan kureview sebagai tanda keseriusanku. Dan ada banyak sekali percobaan-percobaan lain yang antri untuk aku eksekusi sambil menunggu bulan-bulan penuh pekerjaan ini selesai. 

Kurangi tidur.
Karena akhir-akhir ini aku sering kelelahan luar biasa, aku jadi terbiasa bangun agak siang di pagi hari. Tidak sempat mengawali hari dengan me-time sebelum bertempur dengan urusan-urusan masak-memasak dan berakhir dengan bekerja di kubikel sendiri. Hal itu rupanya membuatku semakin kelelahan. Baiklah, mari kita bangun lebih pagi, melakukan olahraga ringan sebentar, memasak, dan siap bekerja. Sekali lagi, aku sangat butuh ke-istiqomah-an dalam melakukan rutinitas tersebut. Semoga aku mampu, ya Gengs. Maaf postingan kali ini serius sekali, karena aku juga lagi dalam mode serius. Serius ingin lepas dari hal-hal yang tidak aku sukai tapi mengikatku saat ini. Semoga tulisanku ini tidak membosankan, ya! Tabik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar