Yeah, hello.
It feels so awkward to review our own life, right? In our perspective, our lives suck, don't they? 2018 has been going for more than 4 months, resolutions has been declared, clean and clear. Yah, so far it's not bad, but some of them didn't go as i planned.
Kecewa? Sudahlah capek kalau harus berlama-lama kecewa. Bukankah seninya hidup itu seperti itu? Aku sekarang sedang berusaha meluweskan diri terhadap hal-hal yang awalnya tidak bisa aku tolerir dengan melabeli diriku dengan sok asik: i am inelastic to mundane affair. yeah i was so fucking arrogant but sometimes i need that arrogance too. So yeah, don't be a bigot of something. LOL. Really, i want to laugh at myself right now.
Akhir-akhir ini kantor sedang tidak banyak kerjaan, terutama yang pasti karena ini adalah bulan-bulan lelang proyek, dan ini masih dalam rangka bubaran tahun selesainya proyek. Jadi kalau akhir bulan yang pas dengan libur panjang Natal dan Tahun Baru orang-orang asyik piknik dan liburan kemana-mana, aku (dan suami) sibuk dengan deadline proyek yang harus tutup tahun. Dan sekarang, saat yang lain kerja dengan normal, aku jam segini di kafe dong. Nulis ginian. Cukup adil, ya? Bukan libur, ini sedang nunggu Kerangka Acuan Kerja (KAK) mana yang harus dibuat Usulan Teknis (Ustek) untuk kebutuhan lelang proyek. Ya, yang lain kerjaan mah udah ada aja dari awal tahun, kami masih harus cari proyek buat makan sehari-hari, Bro Sist. Jadi, beda itu biasa ya. Bersyukur saja, karena percaya sama Tuhan adalah koentji. Ingat, Tuhan akan cukupkan. Lagi relijius, kau?
Lagi, awal tahun ini aku punya resolusi, anggap saja resolusi kecil-kecilan yang sebenarnya ingin mengubah pola hidup ke arah yang lebih baik ya, dengan dua hal besar yang mungkin bisa di-break down menjadi banyak rincian kecil yang mugkin bagi banyak orang sudut pandangnya akan beda dengan diriku.
- Persering memasak sendiri di rumah. Awalnya kulihat ini adalah sebuah usaha untuk penghematan pengeluaran bulanan ya, tapi ternyata dampaknya lebih dari itu. Mau dikupas satu-satu macam buah jeruk? Pertama, selain bisa mengirit pengeluaran untuk makan, ternyata ini bisa meningkatkan kadar kesehatan tubuh. Tahu teori garbage in garbage out? Nah itu aku asumsikan bisa berlaku terhadap tubuh kita. Kumasak semua bahan makanan itu dengan cinta dan sayang, jadi semacam aku berikan doa kepada anak dan suamiku agar selalu sehat panjang umur. Usaha, boleh kan? If you want something, make an effort! Kedua, itulah. Kalau lapar, masaklah dulu baru bisa makan, kalau menginginkan sesuatu, usahalah dulu baru bisa kamu dapatkan itu keinginan-keinginan yang kadang absurd. Sedikit delay gratification tapi hasilnya, puas tak kau, eh? Paham dengan benefit yang kedua ini? Ketiga, tak lain dan tak bukan adalah aku semakin sering main ke pasar, mengerti perkembangan harga, berkomunikasi dengan pedagang pasar, dan punya langganan tempat beli sayur. I take that as a benefit.
- Perbanyak baca banyak buku. Membaca buku adalah sebuah sanctuary buatku. Tak melulu tempat, kegiatan yang menenangkan juga termasuk sebuah sanctuary yang bisa kudatangi kalo lagi suntuk dan jenuh dengan rutinitas. Ya tak bisa dipungkirilah, mulai aktivitas dari sejak alarm subuh berkumandang sampai tidur malam jelas bikin jenuh kan? Relaksasi dulu dengan membaca. Dari membaca, aku semakin memahami banyak hal, mengasah kepekaanku, emosiku, perasaanku. Sometimes, i think that all engineers need to read some books, not a non-fiction one, but sometimes to sharp your feelings, grow your sympathy and empathy up. Dan posisikan dirimu sebagai gelas kosong yang siap menerima ilmu apapun. Dan tentu saja untuk bisa menjadi gelas kosong, kamu harus bisa rendah hati. Hello, you, who has big ego, please come to my sanctuary. Jadi kira-kira sebulanan ini, setelah selesai membaca beberapa buku, aku mengalami sebuah trans pada diriku. Bukan trans yang terus aku kerasukan atau nari-nari penuh penghayatan gitu, tapi aku merasa bahwa apa yang aku ketahui saat ini masih belum cukup. Aku merasa belum pintar, aku masih haus hal-hal baru, pengetahuan baru. Aku merasa muak dengan sosial media, muak dengan orang-orang yang sibuk mem-personal branding-kan dirinya (paham nggak paragraf ini? Personal brand?) sebagai yang (paling) asyik, paling benar, paling miyatani, paling cantik, langsing, etc you name it. Padahal ya biarin kan ya orang-orang kayak gitu, kalau akunya nggak suka, ya sudah nggak usah dilihat. Ya, kemudian aku sampai pada kesimpulan seperti itu setelah aku uninstall facebook app di ponsel dan beralih membuang sampah pikiran di twitter. Kemudian kalau sudah gitu, rasanya pengen semakin banyak membaca, belajar, bahkan kuliah lagi kalau diperlukan. Sebuah keadaan yang kupikir cukup fucked-up dan membuatku tidak percaya diri.
Oiya, ngomong-ngomong soal percaya diri, sejak mempunyai anak, kepercayaan diriku melesat turun drastis. IDK what happened in me, tapi kurasa aku menemukan beberapa wanita juga mengalami hal yang sama. Jadi sekarang aku masih dalam usaha mengembalikan, bahkan menaikkan kepercayaandiriku hingga ke taraf yang aku butuhkan dan sesuai dengan kapasitasku. When you see me as calm as an ocean, yang sebenarnya adalah aku berantakan banget dalemnya. Ya hatinya, ya pikirannya. I can't stop thinking, or at least, i THINK i can't stop thinking. Semacam, tenang sikitlah kau, hidup jangan kau bikin berdebar naik turun kayak indeks IHSG, dong!
Kemudian, kesimpulan untuk 4 bulan tahun 2018 itu apa? Ya tidak ada, selain betapa berantakannya diriku. Aku tidak ingin menilai dengan 1,2,3,4, atau 5 bintang tingkat kualitas hidupku, karena yang aku inginkan adalah hidup yang lebih baik dari dari kemarin. Hidup yang aku usahakan dengan pola yang terus kuperbaiki dari hari ke hari (entah ini keliahatan atau enggak, nggak ada yang mengapresiasi juga selain diri sendiri). Semoga tutup tahun ini aku bisa meningkatkan kualitas hidupku, menambah ilmuku, dan semakin percaya diri dan, please, ACCEPT YOURSELF, INDA. Surrender, macam Thor yang merelakan Asgard hancur tapi harga diri dan rakyatnya melambung tinggi saat melawan Hela dan kemudian diserang Thanos. Be like Thor, Inda, move on dari Jane Foster secepat itu, dan meskipun kehilangan satu mata, dia ikhlas.
IYAIN AJA DEH BIAR CEPET.