Oktober 29, 2011

Be Patient and Brave

Cheerstraw!! :)

Yeah it's getting bored when i'm beautifully sitting on the comfort chair, waiting the internet to be connected but then it won't. I sip my coffee again and again and eat my meal and think, "what the hell is happening?". Tapi ternyata, kesabaran itu berbuah manis, semanis wajahku *membungkus dan melempar diri sendiri ke Arab Saudi*
Kesabaran yang berbarengan dengan keberanian.

Maksud gue, tadinya kan inet gue ngga bisa konek ke wireless setempat, gue juga enggak tau kenapa, dan tadinya juga engga mau tau. Tapi ternyata duduk begini sambil ngopi doang itu ngebosenin guys. Dan gue dengan kepercayaan diri yang tinggi, datang menghampiri mbak-mbak yang di kasir sambil nanya: 

Gue: "Mbak, disini ada yang jago komputer enggak?"
Mbak kasir: " Ehmm engga tau ya mbak. Yang bisa itu mas mas yang pake baju putih itu," (sambil nunjuk mas-mas yang lagi ngopi).
Gue: Itu siapa ya Mbak?
Mbak Kasir: "Itu supervisor disini."
Gue: "Mbak berani manggil ngga?" (kurang ajar banget ya gue).
Mbak Kasir: "Emmms sebentar ya"

Dan akhirnya itu supervisor dateng ke meja gue sama Ciqa dan ngebenerin laptop gue. Tapi dasar emang laptopnya minta harakiri, ini tetep ngga bisa konek ke wifinya coffee toffee. Sugar-Honey-Ice-Tea. Gue udah mau meledak tapi gue kalem-kalemin aja. Dan ternata emang ngga bisa juga. Gosh, thankyouverymuch. Is that Your sense of humor?

"Mbak, pake wifinya Tunas Jaya aja ya?" begitu kata mas supervisor akhirnya.

Apa aja deh yang penting gue engga basi disini, batin gue. Dan akhirnya gue konek pake wifinya Tunas Jaya. Sayangnya sih ini ga bisa buat ngebuka facebook. Yasudahlah, mungkin ini yang terbaik. Tapi kalo soal download mendownload, ajegile, ini cepetnya ngelebihin bus Jogja-Magelang yang gue tumpangin kemaren sore! Waz wuz ngga pake rem! ASOOOY, tereak gue dalam hati.
Ternyata setelah ditibang masak-masak, kesabaran itu selalu akan berbuah manis yah! Gue ngga konek pake Coffee Toffee wireless tapi kape Tunas Jaya dan ternyata lebih kenceng! Asik, i love Your sense of humor, God :)

29 Oktober 2011

Oktober 27, 2011

Does Sacrifice Really Exist?

Gue ngga tau apa yang terjadi dalam diri gue. Ada seribu alasan sebenernya buat ngga mau jadi diri gue. Tapi biar hidup aman damai sejahtera lahir batin, gue kudu berdamai sama masalah-masalah, kelemahan dan hidup gue sendiri.

Gue pernah jatuh cinta. Pertama kali gue jatuh cinta waktu kelas 1 SMP. What did i do for those years back? Silent. Ya, begitulah gue. Selalu ngga ada aksi, ngga menarik buat dibuat cerita layaknya Cinta dan Rangga di perpustakaan. kalo gue sih ya, just stared him from away, in the corner. Jadi namanya banci ya?

Kadang gue menyesal, kenapa gue dilahirin tanpa keberanian seperti itu. Kata orang kan ladies first. Tapi kata gue, yeah well, after you. Najis. makanya dimanapun gue selalu merasa gagal menjadi pemimpin. Mungkin karena sugesti dalam diri gue, dan kata-kata after you itu yang berteriak nyaring dalam otak. Mungkin karena itu pula, gue hanya 'mau' punya 3 mantan pacar. *pasang kacamata nerd*
Gue bukan penganut the first for the last, bukan pula penganut save the best for the last. Kadang gue ngerasa kalo gue cewek yang paling biasa diantara yang paling biasa karena terlalu nekanin kata 'setia' dalam setiap spasi kata yang gue ucap. Termasuk mencintai seseorang. If i fall for a guy, i would never let him go (from my heart). Padahal, namanya hambatan atau resistor selalu aja ada. Meskipun gue cuman secret admirer seseorang, katakanlah begitu, kadang gue ngerasa gue harus setia mampus sama dia. Why did i do that stupid thing, gal? He doesn't even see your existence! Makanya gue bilang tadi, kebodohan gue udah masuk taraf imbisil, yang artinya sebentar lagi naek pangkat jadi idiot.

Resistor itu padahal ngga melulu yang jelek-jelek, bisa berwujud pedekate dari yang lain juga *Gosh, itu surganya buat anak SMA!*. Tapi karena gue straight banget sama prinsip gue sendiri, jadilah gue jomblo penuh harap yang merindukan pangerannya datang menunggagi kuda putih dan mengajak gue nonton konser The Used dan makan malam dengan Indomie goreng. But well, that was only in my mind. Caseclosed sampai akhirnya gue bisa move on dari perasaan gue sendiri. Seorang lelaki yang 'rela' pedekate sama gue for almost three years. Yes, THREE YEARS of his wasted time waiting me! Gue ngga nyangka, ternyata pengorbanan itu benar-benar ada.

Jadi gue ngerasa, mungkin setiap tetes airmata yang gue keluarin buat dia-yang-diam-diam-gue-cintai itu pengorbanan juga? Gue ngerasa aja, gimana rasanya kalo seandainya gue jadi wasted-time-guy kayak ex gue itu, apa rasanya juga sesakit dan seperih gue yang sekarang?

Tapi beneran nggak sih, pengorbanan itu benar-benar ada? Kalo perbuatan yang diselipin perasaan ngga ikhlas, apa namanya juga pengorbanan? Yaa suddenly aja gue kepikiran itu. bahkan, sampai saat ini gue masih yakin, someday gue bakal ngedapetin apa yang gue lakuin sekarang. maksudnya gini, seperti istilah, apa yang lo tanam, itulah yang lo tuai. Bagitu. Sekarang, gue melakukan suatu pengorbanan, dan besok gue yang jadi korban? *ditampar, dimutilasi, dibuang ke Libya, dikubur bareng Khadafi* *selfslap*

Kalo sekarang gue berkorban, apakah nantinya bakal ada cowok yang rela berkorban gue juga?

Udah, ngga perlu dijawab. Gue ngga butuh pengorbanan yang segede monas atau sepanjang The Great Wall. Gue cuman butuh pengorbanan, seseorang yang mau meluangkan waktu buat gue. Seperti yang gue pikirin, timing is everything.

Jogja, 27 Oktober 2011

Oktober 04, 2011

Coffe Vs Life



 Have you ever think that your life is bitter? Gue juga sering berpikiran kayak gitu. Sering malahan. Dikit-dikit ngerasa hidup ngga pernah adil, padahal gue sendiri yang ngga adil sama hidup. Emang sifat manusia ya, sering nyari pembenaran diri.


 Nah, kalo denger dan nyeruput kopi? I bet you have ever sipped a cup of hot coffee. Gimana rasanya? Pahit? Perbandingan yang bagus kan sama hidup yang kata lo pahit? Jadi itulah yang gue rasain. Ketika gue ngerasa semesta udah mulai cari ribut sama gue, dan gue ngerasa hidup gue pahit banget, gue dateng aja ke Kedai Kopi dan memesan espresso. Kalo perlu, double espresso.

Sebagian orang suka menyerahkan masalahnya kepada alkohol, kalo gue, secangkir kopi aja yang ngga bikin hangover. Ketika itu, rasanya sedang pusing, banyak tugas, banyak masalah hati, banyak selentingan lain yang menguras tenaga juga. I'm sipping a cup of coffee, than i can think clearly. My life's not as bitter as coffee, not at all. Kemudian gue habisin secangkir kecil espresso gue. Habisin semua pahit dalam hidup gue, biar selanjutnya gue bisa merdeka, berjalan beriringan dengan masalah-masalah gue. Ah, life is beautiful ,isn't, babe?

-Jogjakarta, 4 Oktober 2011_

"I love You" is a toy (for you)



Terimakasih Tuhan telah mengirimkanmu untukku

Tuhan memang Maha Adil
terlalu banyak malam yang aku lewatkan dengan impian
meskipun tanpa kesedihan, aku tetap membayangkan
Tuhan selalu menemukan cara terbaik untuk hamba-Nya
mendekatkan hati tanpa kesadaran
menerangkan cinta tanpa kehampaan
membuatku jatuh untuk mempertemukanku dengan jiwamu
tidak penting untuk memahaminya
terlalu sombong untuk tak mensyukurinya
bukan apa yang aku inginkan
tapi kurasakan yang kubutuhkan

the whisper of your voice, the another little things, make me love u
why do i love you ? I think and smile, the list of answers could run for a mile
The way you support me
Even my silly notions
The way that you care
And show such devotion
I know I can depend on you for support and honesty
That patient understanding 
That you always give to me
The dreams that I dream
That all involve you
The possibilities that I see
The things that we can feel
How you finish the puzzle
That lies inside my heart
How deep in my soul
You are a very important part
I could go on for days
Telling of what I feel

But all you really must know is...My love for you is real.

I thank God He sent you to me :)).

Ini adalah waktu gue buka email, dan terselip email dari elo, puisi epertama lo buat gue, yang ternyata masih gue simpen. Pathetic ya, udah jadi mantan, udah ngeboongin gue berkali-kali, keluar masuk kehidupan gue kayak gue facebook yang bisa lo log in dan log out begitu aja, dan gue masih ngga bisa marah sama elo. Ajaib, kalo bukan karena Tuhan yang ngasih gue kesabaran yang segitu dahsyatnya, mungkin udah dari dulu gue lemparin elo dari puncak Monas. Iya, gue cuman bercanda :D

In Heaven

Aku tidak berkedip dari ramainya lampu di sekitar kanan dan kiri jalan. Gedung-gedung juga tinggi banget. Satu-satunya kawasan yang membuat aku dan Papa nyaman berjalan di Orchard Road ya itu, terang benderang, jalannya lurus bagus, dan emang enak buat jalan. Sambil memakan hot dog, aku dan Papa masih berjalan bergandengan tangan
Aku takut tersesat. Aku kan lagi di Singapura. Tadinya Papa nggak pernah mau kalo aku ajak tamasya ke Singapura. Padahal dulu aku, Papa, dan Mama suka banget ke Singapura. Kalo Papa sih, kata Mama, suka nonton balapan mobil. Kalo aku dan Mama suka makan aja di Mc Donalds. Terus jalan-jalan di sini, atau di Little India. Mama suka belanja baju yang bagus-bagus dan warna-warni. Dan aku suka dibeliin baju bergambar Minnie Mouse, tokoh kartun kesukaanku.
“ Papa?” tanyaku setelah aku menghabiskan hotdogku. Mulutku belepotan saus dan akhirnya Papa yang ngelap mukaku sampai bersih pakai saputangannya.
“ I want Minnie Mouse T-shirt. Papa, please buy me one piece,” pintaku. Papa menghentikan langkahnya dan mengajakku duduk di bangku berwarna cokelat. Dari tempat kami duduk, cahaya terlihat semakin bagus. Dan lagi, tidak hanya berwarna putih terang, tapi berwarna-warni. Indah sekali.
“ Is there nothing else cartoon you like? Another but Minnie?” tanya Papa. Aku menggeleng. Aku suka Minnie, Minnie Mouse itu lucu, dan selalu memakai pita. Minnie itu seperti Mama.
“ Why should Minnie?” tanya Papa.
“ Because Minnie is never lonely. She has her life-time boyfriend, Mickey. I never want to be alone, Papa. I wanna be like Minnie,” jelasku. Papa terdiam. Aku juga terdiam. Biasanya aku, Papa, dan Mama duduk bertiga bersisian di Orchard Road seperti ini.
“ Papa, lampunya bagus-bagus ya. Warna-warni,” ujarku. Papa menatapku dengan wajah sendu.
“ Apa di surga juga seterang ini, Papa?” tanyaku lagi.
“ Kenapa bertanya seperti itu?” tanya Papa.
“ Karena Mama takut gelap, Papa.”

Sendja





Ada yang berlompatan di pikiran gue. Sebenarnya ini berupa pertanyaan. Semua orang selalu menginginkan yang terbaik, mungkin gue juga begitu. Adakah yang pernah bertanya, atau terbersit pertanyaan dalam otak kalian, kapan dan dimana waktu dan tempat terbaik kalian? Mungkin ini lame, semua waktu menurut gue terbaik. Waktu sama keluarga, sama temen-temen, bahkan sama (mantan) pacar juga. Tapi ada beberapa waktu yang bener-bener bikin hati gue bergetar tiap mengalaminya. Dan tempat yang bikin gue enggan untuk bergerak meninggalkannya.

Buat gue, senja dan pantai adalah pasangan paling serasi. Gue bisa nangis sampai sesenggukan kalo ketemu senja. Satu senja yang lamanya ngga pernah lebih dari setengah jam, mampu mengaduk-aduk perasaan gue yang tadinya tanpa rasa apa-apa, plain, menjadi penuh warna. Warna sendu, warna yang kelabu.

Kadang gue pengen banget, kalo lagi deeply sad, berharap kalo belakang rumah gue itu pantai, pantai yang ada senjanya. Duduk berjam-jam di bawah senja, menikmati hilangnya matahari di balik cakrawala. I imagine that heaven should be like that. Hening, sunyi, dan suara adzan. What a perfect beautiful god ever created.

Dear God, may i marry with nightfall? It might make me sad, but it never makes me cry

-Jogja, 3 Oktober 2011-

Easy To Please

Easy To Please - Coldplay

Love, I hope we get old,
I hope we can find a way of seeing it all.
Love, I hope we can be,
I hope I can find a way of letting you see
That I'm so easy to please, so easy.
Love, I hope we grow old,

I hope we can find a way of seeing it all.
Love, I hope we can be
I hope I can find a way of letting you see
That I'm so easy to please, so easy.

Coldplay, my favorite Britpop Band
Lagi-lagi Coldplay menciptakan lagu yang bisa mengulak-alik isi hati gue. Rasanya seperti teraduk-aduk. Entah liriknya yang emang so thouchy, atau musiknya yang mendayu-dayu tapi ngga ceneng itu. Rasanya teteep... ngga salah kalo iPod gue selalu cuap-cuapin lagunya Coldplay. Nothing's mellow than this one.

Oktober 03, 2011

Kamu

... ... ...
... ... ...
Karena saat diam, aku menemukan kebahagiaan.
Kebahagiaan kecil dan hanya bisa kunikmati sendiri.
Kalau aku berbagi, aku tidak akan mendapatkan sisa.
Tapi sedihku besar

Meski takkan kubagi dengan siapapun itu
Termasuk,
kamu.


Rinduku ingin menerawang waktu bersamamu,
Ingin menghabiskan eskrim dengan senja, dan,
kamu


Tangisku menyesali ketiadaan,
Menyesali apa yang aku tak punya.
Menyesali tidak bisa mencintai
kamu.


Sayat hati akan aku jadikan pertanda,
Ikhlas ini sedang berproses.
Karena bahagiaku hanya satu,
kamu


Namun bahagiamu bukanlah,
aku


... ... ...
... ... ...